Jam mulai berlalu, yang tadinya menunjukkan lewat satu jam tengah hari menjadi sudah menunjukkan pukul tiga sore.
"Ya ada apa toh kan setahu Ibu, Zulfa tuh gak pernah loh kabur-kaburan. Pernikahan kalian sedang gak baik-baik aja, ya?"
Rania menatap kedua tamu yang berkunjung ke rumahnya, itu sang menantu dan seorang gadis yang memang gemar sekali ke rumahnya berhubungan memang menjadi sahabat sang anak. Ia menatap mereka satu per satu seolah-olah meminta jawaban yang berbeda.
Teh hangat sudah tersedia, racikannya. Sekarang mereka bertiga sudah duduk di atas sofa, saling berseberangan.
Farel menghembuskan napas, ia merasa tidak enak pada Rania karena seharusnya kan tugas seorang laki-laki itu menjadi kepala keluarga yang baik. Bukan seperti dirinya saat ini yang malah mencari keberadaan Zulfa kerena wanitanya itu kabur.
"Hanya kesalahpahaman, Bu. Tidak ada masalah yang besar kok, hanya itu saja."