Zulfa sudah beberes dengan baju tidur yang sudah melekat di tubuh rampingnya, ia mulai menyisir rambutnya dengan perlahan-lahan. Menatap pantulan wajahnya yang terlihat cantik, ya harus self love dengan mengatakan dirinya sendiri dengan kata-kata 'cantik' yang dominan ditunjukkan untuk kaumnya.
Belum ada tanda-tanda kantuk, kepala yang menyimpan berjuta-juta pemikiran seolah-olah tak membiarkan dirinya untuk untuk memejamkan kedua bola matanya.
Sosok yang kuat, tapi cukup bodoh. Ya siapa sih memang yang ingin pernikahannya kandas begitu saja, iya kan? Jadi dengan sangat teramat terpaksa dan karena memang sudah menganggap Farel sosok terbaik sebagai suami --padahal hanya alibi--, ia tetap menjadi istri yang bertahan di zona yang seperti ini.
"Fa, sayang.."