Rani menatap Farel dengan seksama, sekarang mereka sudah berada di dalam mobil. Saling duduk bersebelahan, namun tak ada yang memulai untuk menghadirkan percakapan. Keduanya saling terdiam, namun bukan Rani namanya bila tahan dengan kondisi yang sunyi senyap seperti tak ada kehidupan ini.
"Farel, kenapa tiba-tiba menjemput ku di club? kau tau sendiri kalau aku menggunakan mobil milik Gilang, dan tidak mungkin di tinggi di sini, bisa-bisa rugi."
Belum ada jawaban pasti dari laki-laki yang duduk tepat di sampingnya ini, akhirnya Rani memilih untuk menyandarkan tubuh di kepala kursi mobil. Tubuhnya lelah, namun raganya masih ingin berjuang untuk sesuatu yang tak pernah bisa ia gapai kalau hanya terus-menerus berserah pada takdir. Ya setidaknya diselipkan oleh niat karena niat membawa orang yang bersungguh-sungguh untuk meraih apa yang diinginkan.