Selesai makan malam, ruang kamar terasa hampa sekali karena tidak ada kehadiran Zulfa yang biasanya satu atmosfer dengan Farel. Ia menghembuskan napas dengan perlahan, lalu mengusap wajahnya dengan kasar.
Dilema, itu yang dirasakan oleh laki-laki yang saat ini sedang menatap langit-langit kamar dengan posisi tubuh yang berbaring di kasur empuk berukuran king size miliknya. Kepalanya memikirkan berbagai macam topik yang saat ini telah semakin berkembang merayap ke setiap celah-celah otaknya. Semakin di pikirkan, semakin terasa buntu.
Melirik jam dinding yang di gantung tepat di dinding yang berada di hadapannya, menunjukkan pukul 8 malam pertandingan belum terlalu larut malam.
"Apa saya harus menghubungi Rani?"
Pertanyaan itu akhirnya keluar dari mulut Farel, menatap ponsel yang tergeletak tak berniat di sentuh, tak jauh dari tempatnya tertidur.