Rani, sosok yang tidak disukai banyak orang karena kinerja otaknya yang licik dan mampu memutar balikkan fakta seolah-olah dirinya adalah pemeran protagonis yang selalu tersakiti dengan semua takdir yang tersuguh, nyatanya ia adalah antagonis yang tak pernah luput dari target 'kemenangan' yang tentu saja tidak permanen.
"Kenapa senyum-senyum? sebaiknya kamu turunkan pandangan dari dada ku,"
Melihat seorang laki-laki yang berada di hadapannya, sudah berjam-jam mereka bersama setelah makan siang di restoran mewah dan kini mereka sudah berada di dalam mobil bersiap untuk memulangkan dirinya.
"Apa aku tidak boleh mencicipinya?" Pertanyaan itu keluar mulus dari mulut laki-laki tersebut.
Membelalakkan kedua bola matanya, lalu dengan refleks tangan kanan Rani menampar pelan pipi yang satu rangkap dengan rahangnya yang kokoh. "Enak aja! aku lagi bahagia dan tidak kacau sampai mabuk, lebih baik jaga ucapan mu." ucapnya sambil memutar kedua bola mata.