Seperti biasa, kerja di ruang kantor dengan meja yang penuh dengan tumpukan dokumen. Hari-harinya biasa saja, tapi kini semakin biasa saja mengingat satu-satunya alasan dirinya bertahan tengah melangkah menjauh dari jangkauannya.
Iya, ini adalah Farel. Si laki-laki yang memiliki perasaan dengan tingkat kebimbangan yang sangat tinggi, dia adalah satu dari beberapa puluh laki-laki di dunia yang menyia-nyiakan takdir baik demi mempertahankan apa yang sudah rusak.
Rusak? iya, Rani telah rusak karena telah di jamah berbagai macam tangan laki-laki. Bahkan, ia saja yang kekasihnya belum atau bahkan tidak mencicipi gadis tersebut karena sadar masih belum haknya.
Menghembuskan napas, Farel tidak bisa fokus dengan pekerjaannya. Untung saja Rani membatalkan acara makan siang mereka, kalau tidak ia yakin pekerjaannya yang menumpuk ini tak akan selesai dalam kurun waktu cepat.
"Ah melelahkan,"