"Bagaimana kau tahu cerita mereka? Apa kau penguntit?"
Jleb
Rasanya ada sebuah pisau yang langsung menusuk ke hatinya. Brylee terdiam saat mendengar kalimat pertanyaan itu keluar dari mulut Steve.
"Tuan Steve yang terhormat, apakah anda lupa pekerjaanku? Aku adalah anak buah dari mafia yang kemarin baru saja menghajarmu habis-habisan."
"Oh iya ya. Sudah berapa tahun kau bekerja sebagai mafia?"
"Sudah sangat lama. Semenjak Causa remaja juga aku sudah menjadi anak buah seorang mafia. Bahkan mafia itu adalah kekasihku.", Brylee mengatakan kalimat terakhirnya dengan perasaan yang amat sedih. Steve bisa merasakannya.
"Kekasihmu? Apakah itu sahabat perempuan Causa?"
"Hmm… benar."
Raut wajah Brylee berubah menjadi sedih. Wajahnya sangat terlihat murung sampai Steve tidak berani ingin bertanya lagi. Tapi, karena penasaran, Steve harus tetap menanyakan segalanya ke Brylee.
"Bisa kau ceritakan juga tentangnya?"
Brylee mengangguk pelan.