"Lee?", suara itu mengalihkan CL dari rentetan huruf yang tepat berada didepan matanya.
"Hm?", CL menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Ternyata itu adalah ayahnya yang masih memakai seragam FAU lengkap. "Oh pa, ada apa?", tanya nya sambil menurunkan kedua kakinya yang bertengger diatas meja dan menutup buku yang sedang dibaca nya.
"Tidak ada, hanya ingin bertanya."
"About?"
"LJ.", CL terlihat mengerutkan dahinya sejenak, ada masalah apa dengan LJ?
"Oh ya, kenapa?", ujarnya semangat setelah mengingat perihal yang berkait dengan sahabatnya.
"Bagaimana kau terpikirkan tentang itu?"
"I don't know, just... yah you know. Something's wrong?"
"Nope, I'm just asking."
"And then?"
"Nothing else, that's all."
"Oh okay."
"Well, I'm leaving.",
CL kembali membaca buku novelnya, tinggal beberapa halaman lagi dia menamatkan alur cerita tersebut. Semakin lama ia memerhatikan barisan barisan kalimat itu, matanya semakin berat. Rasanya ingin saja ia memejamkan matanya dan pergi ke alam mimpi, tapi dia akan terlambat nanti. Jadinya, CL memanggil salah satu maid nya untuk membawakan dia secangkir. Sebenarnya kopi bukanlah minuman yang sering dikonsumsi CL, tapi kalau sudah begini mau tidak mau dia harus meminumnya untuk menjaga kesadarannya.
"Ini nona kopi susu nya.", ucap maid yang membawa pesanan CL tadi.
"Hmm taruh saja di meja.", ucapnya masih terfokus pada novelnya.
"Ada lagi yang anda inginkan nona?"
"Tidak ada, terimakasih. Kau boleh pergi.", maid itu membungkukkan badan lalu pergi dari sana.
Menghelakan napas lalu menutup buku yang sedari tadi terbuka di depan wajahnya. Sebenarnya dia tidak mau meminum kopi, karena biasanya rasa manis dari kopinya sendiri akan menyangkut pada kerongkongannya. Mungkin ada beberapa dari kalian yang tidak mengalami hal tersebut atau mungkin kalau memang terjadi, kalian tidak akan mempermasalahkannya.
Mengambil cangkir kecil berisikan cairan cokelat susu itu, beranjak dari tempat duduknya, dan pergi menuju balkon. Mungkin dengan cara ini rasa kantuknya hilang. CL meminum kopinya dan membiarkan cairan yang tidak begitu disukainya mengalir di kerongkongannya. Asing rasanya setelah sekian lama tidak mengonsumsi cairan tersebut.
Dia jadi teringat dengan insiden yang menimpanya beberapa minggu yang lalu ketika dia berada di balkon tersebut dan melihat pemandangan disana. Teringat saat seseorang memerhatikannya dari kejauhan dan dengan jahilnya orang itu melemparkan batu ke arah jendela kamarnya. Kemana orang itu sekarang? Menyusun rencana baru? Entahlah.
Ah berbicara tentang balkon, dia jadi merasakan rindu lagi pada seseorang. Kalau kalian pernah bertemu dengan orang yang kalian sayang dan berpisah lalu merindukan orang tersebut itu wajar, tapi berbeda dengan yang dirasakan CL. Anak perempuan itu merindukan seseorang yang dia tidak ketahui siapa sebenarnya sosok yang dirindukan, dia hanya merasakan kehilangan dan kekosongan.
"Eh udah jam berapa ya?", CL masuk kembali ke ruang perpustakaan dan melihat jam yang menempel pada salah satu dinding perpustakaannya. Walaupun masih ada sekitar tiga puluh sampai empat puluh menit lagi untuk bersantai, CL lebih memutuskan untuk masuk ke kamarnya dan bersiap.
CL membuka lemarinya dan mengambil kaus lengan pendek yang berwarna putih, jaket berwarna navy, celana cargo berwarna wheat, dan sandal gunung hitam kesukaannya. CL memasukan kaus nya ke dalam celana, mengangkat lengan jaketnya hingga menampilkan setengah lengannya, menguncir rambutnya, dan tidak lupa mengenakan topi yang berwarna sama dengan jaket yang dikenakan. Kalau ada yang bertanya tentang parfum atau semacamnya, jujur CL jarang menggunakannya, karena menurutnya ada beberapa parfum yang wanginya terlalu menyengat.
Sebelum pergi ke ruang utama, CL menidurkan tubuhnya diatas kasur dengan posisi tengkurap. Dia ingin membuka sosial medianya dahulu. Merasa cukup, CL mematikan handphone nya dan memasukannya ke dalam kantung celana lalu pergi ke ruang utama menggunakan scooter listriknya.
Kedua orang tuanya ternyata masih bersiap, jadi, dia pergi ke ruang makan untuk mengambil es krim di kulkas. Rasa matcha selalu menjadi favoritnya. Setelah mengambil es krim, CL kembali ke ruang tamu dan menunggu kedua orang tuanya siap.
"Oh kau sudah siap?", ucap Mrs. Lee yang sedang menuruni tangga.
"Yeah, where is papa?"
"Sebentar lagi dia akan turun.", CL mengangguk dan segera menghabiskan es krim matchanya.
"Itu dia.", ujar Mrs. Lee ketika melihat suaminya tengah menuruni tangga.
"Sudah siap semuanya?", tanya Mr. Graham.
"Sudah."
"Alright, come on!", ketiga orang itu pergi menuju mobilnya dan langsung berangkat.
Seperti biasanya, restoran akan terlihat ramai saat malam hari. Banyak orang kantoran yang baru pulang kerja dan mampir terlebih dahulu ke sana untuk makan malam, ada juga beberapa anggota FAU disana. Bisa dilihat para pelayan disana sibuk melayani setiap tamu.
"Apakah Keluarga Frankie telah memesan meja?", tanya Mr. Graham pada salah satu pelayan.
"Oh mereka belum sampai tuan."
"Apa ada meja yang masih kosong?"
"Untuk saat ini semuanya sudah ditempati. Kalau tuan mau, tuan bisa menempati ruang khusus keluarga tuan dan Keluarga Frankie, nanti saya siapkan ruangan tersebut."
"Baiklah, kami akan menempati ruangan tersebut.", pelayan itu memanggil beberapa temannya untuk mengikutinya membersihkan ruangan yang dimaksud tadi. Sedangkan Keluarga Lee hanya mengikuti dari belakang.
Ruangan itu tidaklah kotor, namun karena itu adalah ruangan khusus untuk kedua keluarga tersebut yang notabenya sebagai pemilik dari restoran itu, para pelayan harus senantiasa menjaga ruangan itu.
"Silahkan duduk tuan.", pelayan itu mempersilahkan sang pemilik restoran untuk duduk. "Anda ingin memesan menu apa sebagai makan malam kali ini tuan?"
"Kau ingin memesan apa Lee?", tanya Mr. Graham pada putrinya.
"Terserah, aku ikut aja."
"Kalau begitu, kami ingin seperti biasanya saja.", pelayan itu langsung mengerti dan pergi dari sana untuk mengambil makanan.
"Wah kalian sudah sampai ternyata.", ucap Mr. Joel yang baru sampai bersama keluarganya dan LJ.
"Sudah memesan makanan?", tanyanya.
"Sudah, baru saja."
"Baguslah kalau begitu, aku tidak perlu menunggu lama makanannya datang."
"Hahaha ada ada saja kau Joel.", CL hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. Dia tidak habis pikir akan kelakuan ayah dari sahabatnya. Anak dan ayah sama saja kelakuannya. Tidak heran jika Alex memiliki kelakuan seperti itu, keturunan dari ayahnya.
"Hai LJ, how was your day today dear?"
"Everything was good as usual, thank you."
Setelah saling menyapa satu sama lain, mereka mulai perlahan membicarakan mengenai rencana sekolah LJ sambil menunggu makanan datang. CL terlihat bahagia tidak seperti makan malam terakhir mereka di restoran. Senyuman selalu menghiasi wajah cantiknya yang sedikit tampan itu.
"Permisi tuan, nyonya, tuan muda, nona. Ini pesanan kalian.", satu persatu makanan tersedia di meja bunda yang dikelilingi kedua keluarga itu. Dengan penuh hati-hati, pelayan pelayan itu menaruh makanan di atas meja.
"Silahkan menikmati makan malam kalian.", ucap pelayan setelah seluruh makanan telah ditaruh diatas meja dan pergi meninggalkan kedua keluarga yang tengah menikmati makan malam mereka.
Mereka menikmati makan malam dan tidak lupa ciri khas mereka yang selalu menemani acara makan bersama, yaitu berbincang bincang kecil sambil menyuap satu demi satu sendok makanan. mereka sangat menyetujui kalau LJ akan kembali bersekolah dan akan ditempatkan di sekolah Alex dan CL. Rasa senang dan bahagia tentu saja dirasakan oleh ketiga anak itu. Mereka akan terus bersama saat bekerja, bermain, dan bersekolah.