Setibanya di restoran, Keluarga Lee langsung disambut oleh pelayan pelayan disana dengan rasa hormat. Suasana di restoran sangat ramai, CL bisa melihat beberapa pelayan yang kelimpungan melayani pengunjung.
"Mr. dan Mrs. Frankie sudah menunggu anda di ruang VVIP lantai tiga. Mari saya antarkan.", seorang pelayan menghampiri Mr. Graham dan memberitahu keberadaan Keluarga Frankie.
Sesampainya di lantai tiga, pelayan terebut membukakan pintu ruangan yang dimaksud nya tadi.
"Hai Joel!", sapa Mr. Graham.
"Ah kau sudah sampai, silahkan duduk.", Keluarga Lee akhirnya bergabung dengan Keluarga Frankie yang sudah lebih awal berada disana. Semuanya terlihat baik-baik saja, seperi biasanya mereka akan berbincang disela-sela waktu makan.
"Lee, are you alright?", Tanya Mrs. Frankie yang sedari tadi memerhatikan tingkah CL yang berubah.
Sejak awal Keluarga Lee datang, CL sudah memasang wajah tidak bahagianya, biasanya anak itu selalu tersenyum bahkan selalu menyapa tapi tadi tidak sama sekali. Saat mereka sedang berbincang-bincang dan tertawa, CL lebih banyak melamun dan hanya memainkan makanan yang ada di hadapannya. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya.
"Yes, why?", Tanya CL balik.
"Tapi aunty perhatiin dari tadi kamu murung terus, is there any problem?"
"No, everything's good and nothing's wrong, don't worry."
"Ok!"
Semuanya kembali normal setelah perbincangan Mrs. Frankie dan CL dan karena hal itu, CL terpaksa membuat semuanya seolah baik-baik saja.
Alex yang sedari tadi juga memperhatikan CL merasa ada kejanggalan yang terjadi pada sahabatnya. Anak laki-laki itu akhirnya memutuskan untuk mencari tahu penyebabnya.
"Aunty, uncle, boleh ga anaknya saya bawa keluar dulu.", Alex meminta izin kepada orang tua CL dan ucapan Alex membuat CL menatapnya. Mrs. Lee terlihat seperti tidak mengizinkan, tapi Mr. Graham meyakinkan istrinya untuk memberikan izin.
"Iya boleh, tapi jangan malem-malem ya pulangnya kalian harus istirahat banyak."
"Pastinya! Thank you."
Setelah acara makan malam, Alex membawa CL pergi dengan mobil fasilitas restoran. Anak laki-laki itu membawa sahabatnya ke bukit yang menampilkan sebagian wilayah kota dari atas sana. Alex memberhentikan mobil dan menyuruh CL keluar.
"I'll be back.", Alex pergi entah kemana da CL duduk di atas mobil bagian depan.
CL menatap langit yang dipenuhi oleh bintang. Dia sangat menyukai suasana tersebut. Ketika dia mempunyai masalah, salah satu cara untuk melupakannya adalah dengan cara ini, melihat kumpulan bintang yang bersinar menghiasi langit malam.
"You like it?", tanya Alex yang tiba-tiba sudah berada didekat mobil sambil membawa dua kaleng minuman soda dan memberikannya kepada CL.
"Thanks."
Alex ikut mendudukan diri di samping CL dan ikut mengadahkan kepala untuk melihat langit.
"I know you're not fine.", ucap Alex.
"How do you know that?"
"Gua kenal lo udah lama ya, jadi tanpa lo kasih tau juga gua bakal tau."
"Yeah you are my only best friend.", ucap CL lalu menyenggol bahu Alex dan kemudian keduanya tertawa kecil.
"So will you tell me your problem, miss?", Alex melihat CL terkekeh sebentar atas perkataanya lalu menundukkan kepalanya.
"You know..", CL mengangkat kepalanya kembali. "Mama sama papa mau jodohin gua sama orang.", CL tersenyum kecut teringat perkataan ayahnya tadi sore.
"Wow o-okay"
"Tapi gua bersyukur karena ini masih perencanaan."
"Oh man! Lo tau siapa cowok yang bakal dijodohin sama lo?"
"Enggak, gua cuma tau itu anaknya temen papa."
"Jangan-jangan udah om om lagi."
"HEH ENGGAK YA ANJIR!", CL memukul bahu Alex dengan pelan berkali-kali. Alex dan CL tertawa bersama walau dalam keadaan dimana CL masih memukul Alex.
"Oke oke, I'm sorry.", CL pun menghentikan aksinya.
"Gini gini, mungkin orang tua lo ngelakuin ini demi masa depan lo kali. Lo tau sendiri kan kalo lo tuh sibuk banget jadi panglima di FAU dan lo ga ada waktu buat hal lainnya, dan ini bisa jadi alesan kenapa orang tua lo mau jodohin lo biar setidaknya nanti di masa depan lo ga telat punya pasangan hidup."
"Ya tapi emang harus banget gitu jodohinnya?"
"Eh anak anoa, kan lo bilang sendiri ini baru rencana dan belom dipastiin. Lagian emang kapan lagi? Mau nungguin lo lulus sekolah dulu? Yang ada lo nya makin sibuk sama pekerjaan lo dan ga ada waktu."
"Nah emang kalo gua dijodohin sekarang gua ga bakal sibuk lagi sama kerja gitu? Gua ga pernah berpikiran buat nyari pasangan tuh karena gua tau kalo pekerjaan gua sama hal begituan tuh bertolak belakang. Jadi istri plus ibu rumah tangga tuh ga gampang, kita tuh ga boleh fokus sama kerjaan lagi melainkan sama rumah dan suami kita nantinya, sedangkan gua ga bisa gara-gara kehalang kerjaan."
"Ya terus, kenapa lo ga keluar aja dari FAU?"
"Enteng bener ya lo ngomong. Heh asal lo tau ya perjuangan gua masuk FAU sampe jadi panglima perang tuh susah. Dulu gua berusaha mati matian belajar tentang persenjataan sama strategi perang dan sekarang cuma gara-gara beginian gua harus keluar dari FAU? Enggak ya mon maap."
"Terus gimana? Lo mau nolak?"
"Nah itu yang gua permasalahin. Kalo gua nolak, gua ga enak sama mama papa, mereka selalu nurutin kemauan gua sedangkan gua nya enggak. Dan kalo gua terima, gua bener-bener harus kehilangan impian dan pekerjaan gua, soalnya kan mama kalo udah jadi ibu rumah tangga kita ga boleh urusin hal lain dan harus bener-bener fokus sama urusan rumah tangga."
"Kalo lo kerja sambil ngurus rumah gimana?"
"Ga mungkin, soalnya kan nani status gua bakal jadi seorang istri."
"And then?"
"Hubungan suami istri tuh bukan hubungan kayak lo pacaran sama seseorang. Hubungan ini tuh hubungan yang serius, istri harus nurut sama suami, istri harus ngasih perhatian yang banyak sama suami kalo ga nani diambil pelakor. Jadi, gua ga bisa kerja sambil ngurus rumah, itu sama aja gua ga becus jadi istri."
"Loh emang iya? Setau gua enggak deh."
"Ya itu menurut lo, menurut gua ya laen."
Malam itu CL menceritakan semuanya kepada Alex tentang rencana kedua orang tuanya. Meskipun Alex tidak memberikan solusi dan hanya mendorong CL unuk menerimanya, tapi CL merasa lega karena dia dapa berbagi cerita kepada sahabatnya.
Drrt drrt
Handphone CL bergetar dan menampilkan nama papa nya menelepon. Dengan segera CL mengangkat panggilan tersebut.
"Halo pa?"
"Lee, kau dimana?", tanya Mr. Graham disebrang sana.
"Ga tau nama tempatnya, Alex yang tau. Emang kenapa?"
"Mama kamu nyuruh pulang, ini udah malem banget."
"Oke aku pulang."
"Yaudah hati-hati di jalan."
"Of course."
CL mematikan sambungan itu dan menyimpan handphone nya di saku.
"Disuruh pulang?", tanya Alex.
"Tuh lo tau."
"Yaudah ayok!"
Alex dan CL menghabiskan minumannya lalu membuang kaleng bekasnya ke tumpukan sampah yang ada disana. Mereka berdua masuk ke dalam mobil lalu pergi dari sana.
~~
"Causa Lee hm? Interesting."