Yola merasa tidak terima dengan peringatan yang diberikan Ardilo kepadanya. Yola merasa Ardilo semakin menjauh sejak jadian dengan Taera. Dia berbeda dengan Ardilo yang dulu dia kenal. Dulu mereka sangat akrab. Mereka sering jalan bareng. Dan yang paling penting Ardilo tidak menjaga jarak darinya. Entah sejak kapan Ardilo mengenal Taera dan membuatnya berubah menjadi seperti sekarang. Yola jadi kesal sendiri.
Yola merebahkan dirinya di tempat tidurnya dan memikirkan ini baik-baik. Mungkin selama Yola mengenal Ardilo, tumbuh rasa yang berbeda. Mungkin saja, Yola menyukainya. Dia berpikir kembali, apakah dia benar-benar punya rasa untuk Ardilo? Apakah dia punya rasa hingga sekarang? Sepertinya iya. Buktinya dia merasa tersaingi dengan Taera. Taera seolah menjadi penghalang persahabatan mereka.
Tunggu persahabatan? Apakah Ardilo masih menganggapnya sahabat? Sepertinya tidak. Mengingat kapan hari Ardilo mengatakan mereka hanya sebatas teman. Ckck Yola rasanya ingin marah sekarang.
Hp Yola berdering. Ada telepon dari Hendo, pacarnya.
"Halo."
"Halo sayang, kita jadi ketemuan kan? Aku nggak bisa jemput kamu karena masih ada keperluan. Kamu ke cafe duluan ya."
"Hmmm.. baiklah. Jangan sampai telat ya. Aku bakalan marah kalau kamu telat."
"Iya. Bye Yola sayang."
Hendo menutup teleponnya. Yola kemudian segera bangun dari tempat tidurnya dan segera bersiap untuk bertemu dengan Hendo menikmati kencan sebelum Yola menjalani UAS.
***
Hendo sampai tepat waktu sebelum Yola datang. Dia sudah memesan makanan dan minuman kesukaan Yola. Cafe itu adalah tempat favorit mereka untuk berkencan. Hendo sangat merindukan Yola. Dia ingin memberikan Yola semangat karena sebentar lagi Yola akan menghadapai ujian UAS.
"Yola kemana ya? Tumben belum sampai? Jadi khawatir kan kalau nggak jemput dia. Dia bawa mobil apa naik ojek online ya? Duh jadi kepikiran," gumam Hendo saat melihat hpnya yang tak kunjung dapat kabar kalau Yola berangkat.
Baru saja Hendo mau menghubungi Yola, Yola sudah sampai di cafe itu dengan wajah cemberut. Hendo yakin ada sesuatu yang terjadi pada pacarnya itu.
"Kamu kenapa kok cemberut gitu?" tanya Hendo dengan lembut.
Yola kini duduk di hadapannya. Dia Menatap Hendo sejenak dan kemudian buang muka.
"Aku lagi bete," kata Yola.
"Bete kenapa? Sini cerita dulu," kata Hendo sambil meraih tangan Yola dan menggenggamnya erat.
Yola tiba-tiba melepaskan tangannya dari genggaman Hendo. Hendo merasa kaget dengan sikap Yola.
"Ardilo marah sama aku," kata Yola kemudian mengaduk minumannya dan meminumnya.
"Ardilo temen kamu itu? Marah kenapa sayang? Kalian ada masalah di BEM?" tanya Hendo dengan sabar.
"Semenjak dia punya pacar dia jadi jaga jarak sama aku. Aku kesel," jawab Yola.
"Ya tentu aja dong dia jaga jarak sama kamu. Dia kan nggak pengen nanti pacarnya cemburu. Walaupun kalian cuma teman, tapi kan kalian pernah dekat. Aku yakin Ardilo bermaksud baik agar dia tetap bisa temenan sama kamu dan juga bisa jaga perasaan pacarnya," jelas Hendo dengan sabar.
"Tapi... " Yola merasa tidak setuju dengan pendapat Hendo.
"Kamu yang ngerti. Kamu juga punya pacar. Apa kata orang kalau kamu tetep deketin Ardilo. Orang akan ngomongin jelek tentang kamu," kata Hendo memberi nasehat kepada Yola.
"Kamu tuh nggak ngerti," kata Yola dengan kesal. Dia seperti sangat frustasi.
"Nggak ngerti kenapa sayang? Ayo coba jelasin ke aku," tanya Hendo dengan lembut.
"Ah udahlah kamu emang nggak ngerti," kata Yola kemudian bangkit dari kursinya dan pergi meninggalkan Hendo sendirian yang sedang bingung dengan perubahan sikap Yola.
***
Hari Ardilo nggak ada kegiatan, dia keluar dari kamarnya dan menuju ruang tengah. Disana ada Hano, Alex, Johan, Umin, dan Jefry yang sedang nonton bareng sambil makan camilan. Ardilo ikut bergabung.
"Eh Ardilo. Sini gabung. Lo nggak ada kegiatan?" tanya Jefry.
"Enggak. Hari ini kebetulan nggak ada rapat," kata Ardilo kemudian duduk ikut bergabung dengan yang lain.
"Nih ada pizza. Ambil aja," kata Johan.
"Makasih bang," kata Ardilo kemudian mengambil sepotong pizza dan memakannya.
"Lo nggak jalan sama Taera?" tanya Alex.
"Enggak. Dia lagi belajar, dia juga pengen gue istirahat," jawab Ardilo kemudian mengunyah pizzanya.
"Semenjak pertama kali gue kenal dia bareng Stefa dulu, gue merasa dia emang cocok sama kepribadian lo. Dia kayaknya bukan cewek yang manja," kata Hano.
Ardilo manggut-manggut. Dia masih mengunyah pizzanya.
"Baguslah. Ardi kan sibuk. Bagus kalau dia ngertiin Ardi," kata Umin.
"Tapi dia banyak mengalami tekanan ya karena jadi pacar ketua BEM. Dia gapapa kan?" tanya Alex.
"Gapapa. Gue dan dia berusaha menghadapinya. Cuma ada yang mengganggu pikiran gue akhir-akhir ini," jawab Ardilo.
Mereka semua kemudian serius memperhatikan Ardilo.
"Kenapa? Dia nggak minta putus kan?" tanya Jefry.
Ardilo menggeleng, "Lo pada tahu Yola kan? Dia salah satu temen deket gue," tanya Ardilo.
"Ya kali nggak tahu, orang temen sekelas ini, ya kan Lex?" kata Hano pada Alex. Alex mengangguk tanda setuju dengan perkataan Hano.
"Maksud gue bang Umin, bang Johan, sama Jefry ini lho. Kalau lo berdua sih pasti tahu," kata Ardilo.
"Cewek yang tinggi, rambutnya panjang, yang pernah jalan sama lo, Alex, dan Yuna itu?" tanya Jefry.
"Iya, yang tahun kemarin mau ke puncak bareng kan?" tanya Umin.
"Iya. Yang itu," jawab Ardilo.
"Emang kenapa sama dia?" tanya Johan.
"Dia bikin pacar gue risih. Dia semakin deketin gue. Gue tahu kita deket, tapi kali ini deketnya tuh beda gitu. Lo tahu kan kayak semacam cewek agresif gitu lho. Kasihan pacar gue jadi cemburu," jawab Ardilo.
"Masa si Yola gitu?" tanya Hano.
"Tapi kayaknya emang dia ada rasa sama lo, Di. Hati-hati," kata Alex.
"Iya, coba lo bilang sama dia. Jangan sampai dia bikin pacar lo menjauh," kata Umin.
"Udah, semoga aja dia ngerti. Pacar gue sih kayaknya gapapa, tapi gue nggak enak sama dia. Hubungan kita juga masih awal. Gue nggak mau kenapa-napa," kata Ardilo.
Mereka setuju sama Ardilo. Mereka kemudian membahas agar hubungan mereka bersama pacar mereka baik-baik saja. Ardilo berharap Taera akan memahami keadaan ini. Dan Yola bisa memahami posisinya.