Hari-H Pemilihan Ketua BEM
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh mahasiswa di seluruh kampus. Pasalnya, hari ini adalah pemilihan Ketua BEM fakultas di seluruh kampus ini. Panitia pemilihan Ketua dan Wakil BEM sudah stand by dari pagi. Mereka bergantian jaga karena ada jadwal kuliah. Mahasiswa yang sedang tidak ada kelas, bisa ke tempat pemilihan untuk memberikan suara mereka.
Taera hari itu sedikit gugup. Dia sudah melakukan yang terbaik selama beberapa hari ini. Memberikan do'a yang manis pun sudah dilakukannya. Kalau diingat-ingat, beberapa hari ini kedekatan Taera dan Ardilo semakin bertambah. Taera sempat berpikir apakah dia harus segera memberikan jawaban tentang perasaannya kepada Ardilo atau nanti saja. Taera sedikit bingung. Namun, Taera memilih untuk diam saja dan memendamnya sendiri. Dia merasa belum saatnya untuk ngobrolin ini dengan siapapun. Terlebih mengingat saat-saat ini adalah moment penting bagi Ardilo.
"Habis ini kita ke sana yuk, Tae. Gue udah nggak sabar nih pengen ngasih suara gue buat calon ketua BEM kita tercinta," kata Stefa dengan senang.
"Maksud lo kak Ardilo? Lo manggil dia tercinta? Bukannya lo suka sama kak Hano? Gimana sih?" tanya Taera bingung.
Stefa memutar bola matanya malas. Kadang dia bingung bagaimana dia bisa cocok berteman dengan Taera selama ini. Kadang sahabatnya itu sedikit lemot.
"Taera sayang, coba dengerin gue baik-baik ya. Emang gue bilang calon ketua BEM yang gue maksud itu kak Ardilo ya? Kan yang bakalan jadi ketua BEM belum tentu kak Ardilo, bisa jadi kak Putra. Ya kan?" tanya Stefa balik.
"I... iya juga sih. Kok gue jadi bingung gini ya?" kata Taera lebih ke dirinya sendiri.
Wajah Taera kemudian memerah. Mendadak dia kepikiran Ardilo lagi. Dan memikirkannya membuat jantung hatinya berdebar lebih kencang. Dia kemudian senyum-senyum sendiri.
Melihat tingkah laku Taera, Stefa tersenyum penuh arti. Dia berpikir apakah sahabatnya yang dulu tak mengenali Ardilo itu bakalan suka dengan Ardilo yang menurut Taera 'kurang ganteng' itu.
"Lo lagi kepikiran sama kak Ardilo ya? Jangan-jangan lo mulai tertarik nih sama kak Ardilo. Iya kan? Cieeee.... " ledek Stefa.
Taera jadi malu. "Apaan sih lo ah. Tertarik gimana maksud lo?" tanya Taera sambil salah tingkah.
"Ya tertarik menjadi suka. Terus suka menjadi cinta," jawab Stefa sambil menatap Taera penuh arti. Dia suka banget meledek Taera. Selama ini sahabatnya itu hanya kuliah-pulang-kuliah-pulang, nonton drama-drama romantis tapi tetap saja nggak punya gebetan. Bahkan Taera nggak pernah cerita suka sama siapapun. Mendadak kok meledek Taera asyik juga bagi Stefa.
"Apaan sih? Dari mana coba lo nyimpulin gitu? Emang gue bilang kalau gue tertarik sama kak Ardilo? Emang ada tanda-tanda gue suka sama dia gitu?" tanya Taera membela diri. Padahal dia sedang menyembunyikan diri kalau dia memang suka sama kak Ardilo, cinta sama kak Ardilo, sayang sama kak Ardilo. Tapi apakah tindakannya beberapa hari ini kentara?
"Awalnya ku pura-pura lama-lama ku jadi suka. Tuhan inikah yang namanya cinta. Tadinya biasa saja sekarang ku benar-benar cinta. Ku harap ini sebentar saja," Stefa menyanyikan lagu Cherrybell yang berjudul Pura-Pura Cinta untuk meledek Taera.
"Apa sih? Ngeledek gue mulu. Udah ayo ke kelas. Habis itu kita ke bilik pemungutan suara biar lo lega," ajak Taera karena dia sudah menahan diri agar tidak senyum-senyum karena ledekan Stefa. Dalam hati dia berdo'a, semoga kak Ardilo diberikan yang terbaik.
***
Ardilo harap-harap cemas. Hari ini adalah hari yang penuh penentuan bagaimana nasib mereka ke depannya. Dia dan Ervan sudah memberikan suaranya. Begitupun dengan Putra. Tetapi Dino belum memberikan suaranya karena masih ada kelas kuliah.
Ardilo kemudian teringat Taera. Do'a yang diberikan oleh Taera kemarin ada benarnya. Dia tidak mendo'akan agar Ardilo lolos, tapi diberikan yang terbaik. Walaupun mungkin, lolos atau tidak itulah yang terbaik. Mendadak Ardilo merasa bersyukur punya calon pacar seperti Taera.
"Mikirin Taera ya?" bisik Serry yang duduk disamping Ardilo.
Ardilo tersenyum dan mengangguk, "Kemarin dia chat gue. Terus gue telepon dia. Asli gue seneng banget. Ternyata gini rasanya jatuh cinta dan orangnya merespon."
"Kasihan banget sobat gue, ganteng-ganteng kok merasa ngenes gini. Gue berharap kalian segera jadian ya. Taera anak yang baik," bisik Serry.
"Iya. Gue bersyukur. Tapi gue harap-harap cemas nih, Serr. Dia kan belum ngasih jawaban ke gue," bisik Ardilo.
Mereka ngomong bisik-bisik karena ada banyak anak disana. Mereka berdua tidak ingin obrolan tentang Taera terdengar oleh yang lain.
"Sabar aja. Gue yakin dia bakalan nerima lo kok," bisik Serry yang disambut dengan anggukan Ardilo.
***
Taera dan Stefa telah memberikan suara dalam pemilihan ketua dan wakil BEM fakultas mereka. Taera masih deg-degan saat melihat foto Ardilo yang ada di kertas itu. Foto Ardilo ganteng banget. Taera pengen banget nyobek kertasnya dan bawa pulang.
"Lo kenapa senyum-senyum dah?" tanya Stefa heran.
"Ha? Gue... Gue kebayang makan nasi Padang. Kan gue udah lama kagak makan nasi Padang," kata Taera ngeles.
Stefa tampak keheranan. Gak paham kadang sama sahabatnya satu itu. "Ya udah kita makan nasi Padang yuk sebelum ada kelas lagi."
"Oke deh," kata Taera menerima ajakan Stefa. Padahal dia nggak laper-laper banget sih. Cuma alasan aja biar nggak ketahuan kalau lagi mikirin Ardilo.
***
Sore harinya, penghitungan suara sudah selesai. Ardilo dan Ervan terpilih jadi ketua dan wakil BEM Fakultas Ekonomi. Taera seneng banget waktu denger kalo Ardilo yang terpilih. Anak-anak Fakultas Ekonomi kini sedang melakukan selebrasi di sekret BEM Fakultas Ekonomi. Taera pengen banget ngechat Ardilo untuk memberi selamat, namun Taera berpikir ulang kalau mungkin Ardilo saat ini sedang sibuk. Dia memutuskan untuk pergi ke sekret BEM fakultasnya siapa tahu Ardilo ada disana. Taera sudah membawa hadiah untuk Ardilo.
Dari kejauhan dia dapat melihat sekret BEM Fakultas Ekonomi sangat ramai dengan mahasiswa-mahasiswa yang memberikan ucapan selamat kepada Ardilo dan Ervan. Taera jadi minder mau kesana. Saat itu Stefa sudah pulang karena ada urusan mendadak. Taera jadi sendirian disana.
Dia menunggu beberapa saat dan kemudian duduk di taman yang cukup dekat dengan area sekret BEM fakultasnya. Taera duduk di sana cukup lama. Dia menunggu waktu yang tepat. Masalahnya tidak ada orang yang tahu kedekatan Taera dengan Ardilo selain Serry. Oleh karena itu, dia cukup hati-hati.
Setelah cukup sepi, Taera memberanikan diri untuk bertemu Ardilo disana. Tapi saat baru saja mau melangkahkan kakinya, Taera melihat Ardilo keluar dari sekret BEM, wajahnya tampak sangat bahagia. Kemudian di belakang Ardilo, bukan Ervan. Tapi Yola.