Lo lama banget di toilet? Bentar lagi dosennya masuk lho. Lo udah sarapan?" tanya Stefa.
Stefa bukanlah orang yang sabar, apalagi dengan tingkah laku Taera yang kadang bisa dibilang 'nyleneh' atau suka punya dunia sendiri. Stefa orang yang teratur, aktif, dan update, sedangkan Taera orangnya cupu dan hidupnya cuma monoton, kupu-kupu alias kuliah-pulang-kuliah-pulang.
Kali ini Stefa dibuat kesal lagi, Taera menggeleng, dia belum sarapan. Setelah selesai kuliah jam pertama, ada jeda sebentar sebelum kuliah selanjutnya. Stefa makan bekalnya di kelas karena mereka nggak pindah ke ruang kelas lain. Sementara itu, Taera pergi ke toilet.
"Mules banget gue tadi. Kemarin abis makan bakso pakek sambel banyak banget," jawab Taera.
"Katanya kemarin lo mager keluar. Kok beli bakso?"
"Gue dibeliin kak Sonia sama kak Hyona. Mereka abis jalan-jalan. Mereka juga ngeborong baju banyak banget. Mentang-mentang lagi banyak diskon dan awal bulan."
Sonia dan Hyona adalah teman satu kostan dengan Taera.
"Lo yakin nggak mau pindah ke kostan gue? Masih ada satu kamar kosong."
"Gapapa. Gue udah nyaman disana. Lagi pula anak kostan gue baik-baik semua, udah best friend banget."
"Ya udah kalau gitu. Oh ya, nanti abis pulang kuliah kita nongkrong di cafe depan kampus yuk. Gue lagi pengen banget makan cheese cake nih."
"Duh gue pengen langsung pulang," jiwa kupu-kupu Taera bergejolak.
"Ayolah, temenin please," kata Stefa memohon sambil menunjukkan eye smile-nya.
Taera berdecak sebal. Dia nggak bisa menolak permintaan Stefa, "Iya iya."
Senyum Stefa makin lebar, "Makasih, Taera."
***
Pulang kuliah Taera mengantar Stefa membeli cheese cake. Kebetulan disana ada black forest kesukaan Taera. Cafe itu ternyata ramai juga. Banyak anak-anak kampus yang lagi nongkrong disana. Begitu masuk ke cafe mata Taera langsung tertuju pada deretan kue. Tadi Taera nggak sempat sarapan, lalu saat siang dia cuma kebagian nasi goreng sedikit karena kantinnya ramai banget. Lalu mereka lanjut kuliah lagi. Asli, dia kelaparan banget sekarang.
"Gila, gila! Itu ada kak Hano!" kata Stefa heboh sambil menggoyang-goyangkan lengan Taera.
Hano adalah kakak tingkat yang disukai oleh Stefa. Dia anak manajemen, tingkat tiga. Stefa menyukai Hano sejak SMA. Salah satu alasan kenapa Stefa memilih kuliah di kampus ini adalah karena ada Hano.
"Mana?" Taera mengedarkan pandangannya mencari mana yang namanya Hano.
"Itu tuh. Yang pakek jaket jeans," Stefa menunjuk ke arah kursi Hano, "Eh, ada kak Alex sama kak Ardilo juga. Dah emang rejeki cewek cantik, ketemu cogan. Komplit."
Taera langsung mendelik kaget saat melihat ada Ardilo disana, cowok yang menabraknya tadi pagi. Tiba-tiba wajahnya merona merah. Entah kenapa dia merasa aneh sekaligus senang.
"Stef!," panggil Hano. Dia mengisyaratkan agar Stefa dan Taera untuk bergabung duduk dengan mereka.
Stefa tersenyum penuh kemenangan. Akhirnya dia di-notice juga.
"Kesana yuk," ajak Stefa.
"Ogah ah. Gue kan nggak kenal sama mereka," kata Taera.
Taera belum menceritakan kepada Stefa kalau tadi dia nggak sengaja ketemu Ardilo dan kenalan. Gengsi karena tadi secara nggak langsung bilang kalau Ardilo nggak ganteng, padahal sekalinya disenyumin, dia terpesona.
"Ih kesempatan kali. Ada kak Ardilo juga. Lo kan nggak tau yang mana kak Ardilo. Ini kesempatan buat ngelihat wajahnya lebih dekat," ajak Stefa lagi.
Taera masih menunjukkan rasa ketidakinginannya untuk bergabung dengan mereka.
"Ayolah... Lo tau kan ini kesempatan buat gue biar bisa deket sama kak Hano."
Taera sangat mengerti perasaan Stefa. Akhirnya Taera mengiyakan keinginan Stefa. Mereka kemudian berjalan mendekat ke meja Alex, Hano, dan Ardilo.
"Hai kak," sapa Stefa pada Hano.
"Lo nyapa dia doang, Stef? Calon saudara lo nggak disapa nih?" tanya Alex.
"Minta disapa banget lo kak?" tanya Stefa balik yang membuat Hano dan Ardilo ketawa.
"Jahat lo, Stef. Untung lo sepupu pacar gue," kata Alex bete.
Sementara Taera diam saja. Jaga image.
"Duduk sini. Jangan berdiri aja," kata Ardilo pada Taera.
Taera kemudian duduk di depan Ardilo, Stefa di depan Hano, dan masih ada satu kursi kosong di depan Alex.
"Kalian mau makan sesuatu?" tanya Hano.
"Iya kak. Lapar banget nih," kata Stefa.
"Kalian mau pesen apa? Biar gue yang pesenin," kata Hano menawarkan diri.
"Kita bisa pesen sendiri kok kak," kata Stefa.
"Gapapa, gue mau nambah cheese cake lagi. Sekalian aja. Tulis aja pesanan kalian," kata Hano.
"Sok baik dia, Stef," kata Alex.
"Daripada lo banyak bacot kak," kata Stefa.
Sekali lagi ini bikin Hano dan Ardilo ketawa sementara Alex manyun karena bete. Kali ini Taera tersenyum sambil melihat wajah Alex yang bete. Beberapa saat kemudian Taera berhenti tersenyum saat dia merasa Ardilo sedang melihatnya.
Stefa memang akrab dengan Alex. Stefa adalah sepupu Yuna, pacar Alex. Karena Alex sering mampir ke kostan mereka untuk ketemu Yuna, jadilah Alex dan Stefa akrab banget.
"Udah ini aja? Bentar ya," kata Hano kemudian berdiri dan ke meja pemesanan.
"Oh ya, ini kenalin temen sekelas gue. Namanya Taera," kata Stefa pada Alex dan Ardilo.
"Hai, gue Alex," kata Alex kemudian bersalaman dengan Taera.
"Salam kenal, kak," kata Taera.
Ardilo kemudian tersenyum, "Kita udah kenalan tadi."
"Hah? Kapan, kak?" tanya Stefa kaget.
"Tadi kita nggak sengaja tabrakan di deket tempat fotocopy-an. Terus gue kenalan sama dia," jelas Ardilo.
Stefa kemudian ngelihat Taera dengan tatapan 'lu hutang penjelasan sama gue.'
Taera hanya tersenyum, "Iya." Dia bingung mau ngomong apa.
Udah? Gitu aja? batin Ardilo
"Eh eh ada apa nih? Ketinggalan kan gue?" kata Hano sambil membawa nampan isi pesanan mereka.
"Ini..lagi kenalan sama Taera," jelas Alex.
"Oh, temennya Stefa. Hai, gue Hano."
Taera kemudian bersalaman dengan Hano.
"Yuk dimakan cake-nya," ajak Hano.
Sambil makan cheese cake, Stefa ngobrol dengan Hano. Sedangkan Alex sibuk dengan hpnya karena menunggu chat dari pacarnya yang belum selesai kuliah. Sedangkan Taera yang masih awkward, akhirnya memilih diam saja sambil makan black forest. Sepanjang dia makan, dia ngerasa kalau Ardilo lagi ngelihatin dia.
"Hai!" sapa seorang cewek yang sangat cantik.
"Hai, sayang. Lama banget?" tanya Alex begitu cewek itu duduk di depannya dan mengambil bubble tea yang ada di depan Alex.
"Temen aku pinjam catatan bentar. Biasa dia tadi ketiduran di kelas," cewek itu kemudian minum bubble tea milik Alex.
Alex harap maklum dengan tingkah pacarnya yang bernama Yuna itu. Dia memang suka makanan dan minuman milik Alex.
"Oh, ada Stefa ya. Ada Taera juga. Tumben kalian berdua nongkrong disini?" tanya Yuna.
"Kebetulan ketemu mereka di sini," jawab Hano.
Stefa hanya mengangguk setuju.
"Nonton yuk. Lagi ada film bagus nih," ajak Yuna tiba-tiba.
"Kuy lah," Hano setuju.
Alex mengangguk setuju.
"Gue sih ngikut aja," kata Ardilo.
"Yuk kak. Gue juga mau ikut," kata Stefa.
Taera mendelik padanya, "Stef besok kan kita ada tugas. Lo udah ngerjain?"
"Besok kan kita ada kuliah jam 1 siang darling, bisa lah ngerjain paginya," kata Stefa santai.
"Ntar gue bantuin deh," kata Yuna. Dia juga anak akuntansi, tingkat tiga.
"Ayolah, Tae," rengek Stefa seperti anak kecil.
Taera merasa Ardilo sedang melihat ke arahnya. Mendadak Taera jadi nggak enak saat ingin menolak ajakan Hano.
"Ya udah deh," kata Taera pada akhirnya.
"Nah gitu dong. Tenang aja biar Alex yang bayar," kata Hano.
"Lah, kenapa gue?" tanya Alex.
"Lo kan tajir kak," kata Stefa.
"Udah sih, Lex. Sesekali sedekah," kata Ardilo bercanda.
"Iya deh, iya," kata Alex akhirnya.
"Sedekah itu harus ikhlas, sayang," kata Yuna.
"Iya, ikhlas kok aku, Yang," kata Alex.
"Stefa bawa mobil nggak?" tanya Hano.
"Enggak kak," jawab Stefa.
"Terus lo tadi berangkat pakai apa?" tanya Taera.
"Gue tadi bareng kak Yania. Soalnya kak Yuna berangkat duluan," jawab Stefa.
"Iya, maaf ya tadi gue buru-buru. Ada kumpul dadakan bahas tugas kelompok," kata Yuna memberikan penjelasan pada Stefa.
"Ya udah, bareng gue aja kalau gitu. Biar Alex sama Yuna," kata Hano kemudian.
"Oke, kak," kata Stefa ceria. Dia senang karena ini adalah kesempatan agar bisa pdkt dengan Hano.
"Terus Taera sama Ardilo gimana?" tanya Yuna.
"Gue bawa mobil kok, kak," jawab Taera.
"Ya udah kalau gitu Ardilo sama Taera aja. Kan Ardilo nggak bawa mobil tuh," usul Alex.
"Emang mobil lo kemana?" tanya Hano.
"Lagi di bengkel. Tadi pagi aja gue bareng Bang Umin," jawab Ardilo.
"Ya udah. Gimana, Tae? Boleh nggak?" tanya Hano.
Taera sebenarnya nggak mau. Masalahnya dia suka awkward kalau jalan sama cowok yang belum akrab banget. Apalagi dia baru kenalan tadi pagi. Taera takut Ardilo bakalan nggak nyaman pergi bareng dia.
Ardilo melihatnya dan tersenyum.
Duh ngapain sih nih cowok senyum-senyum segala. Nggak tahu senyumannya bikin gue kobam, batin Taera.
Stefa menyenggol lengan Taera, "Gimana?"
"Eh...iya...boleh kak," jawab Taera.
"Ya udah kalau gitu berangkat sekarang yuk. Biar entar nggak kemaleman pulangnya," ajak Yuna.
"Oke," kata yang lain juga ikut setuju dengan ajakan Yuna.
Mereka kemudian keluar dari café dan berjalan ke parkiran untuk mengambil mobil masing-masing. Tenyata di dekat parkiran banyak anak-anak kampus yang lagi nongkrong juga. Mereka pada ngelihatin Alex, Yuna, Hano, Stefa, Ardilo, dan Taera sambil berbisik-bisik.
Alex dan Yuna yang terkenal sebagai salah satu best couple di kampus selalu menjadi sorotan. Stefa dan Hano yang berjalan sambil bercanda juga terkenal sebagai golongan anak hits ikut menjadi sorotan. Terlebih lagi Ardilo. Kalau Ardilo sih wajar dilihatin karena dia salah satu calon ketua BEM Fakultas Ekonomi. Sementara Taera yang berjalan di belakang Ardilo jadi ngerasa nggak pede dilihatin kayak gitu. Dia ngerasa cuma mahasiswa biasa, yang biasanya cuma kuliah-pulang-kuliah-pulang. Terus tiba-tiba jalan sama salah satu calon ketua BEM fakultas dia, orang jadi heboh.
Ardilo melihat Taera yang merasa risih lalu menunggunya agar mereka berjalan bersamaan. Ardilo sama sekali nggak menghiraukan orang-orang yang ngelihatin mereka sambil bisik-bisik. Dia tampak nyaman berjalan dengan Taera.
"Mana kuncinya? Biar aku aja yang bawa mobilnya," kata Ardilo begitu dekat dengan mobil Taera.
Taera masih bengong. Bingung.
"Kamu kelihatan capek. Hari ini kamu kan kuliah dari pagi sampai sore. Kalau aku kuliahnya dari siang. Jadi, biar aku aja yang bawa mobilnya," kata Ardilo menengadahkan tangannya untuk meminta kunci mobil Taera.
"Ah....iya...kak. Bentar," Taera kemudian mencari kunci mobilnya di tas dan memberikannya pada Ardilo.
"Kamu duduk di depan aja ya. Jangan duduk dibelakang," kata Ardilo.
Taera hanya mengangguk dan menurutinya.
Bagi dia ini awkward banget. Seumur-umur Taera emang jarang banget jalan berdua sama cowok. Sekalinya jalan pasti mereka berangkat sendiri-sendiri. Ini pertama kalinya dia pergi semobil sama cowok. Kecuali ayahnya.
Begitu Taera duduk dan menutup pintu mobilnya, Ardilo dengan gesit memasangkan seat belt Taera. Membuat Taera jadi makin kikuk. Fix, ini mah kalau orang nggak tahu, pasti ngira mereka lagi pacaran.
"Udah siap berangkat?" tanya Ardilo sambil tersenyum padanya.
Taera hanya mengangguk dan tersenyum.
Ardilo kemudian menjalankan mobilnya. Nggak tahu kenapa saat itu Taera ngerasa kalau sepanjang jalan senyum di wajah Ardilo nggak ada surutnya.