Chapter 3 - Ulang Tahun

Pagi yang menggembirakan. Ku lirik tanggalan kecil di meja belajarku. Ada coretan melingkar dengan bolpoin merah di hari ini. Aku tersenyum selama mempersiapkan diri untuk ke sekolah.

Saat kaki ku melangkah ruang makan minimalis yang disambung dengan ruangan untuk menonton tv, aku melihat ibuku membawa kue tar kecil di tangannya. Dia berdiri sambil bernyanyi ria.

"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday happy birthday happy birthday Kayla anakku. Selamat ulang tahun yang ke 17 tahun sayanggg..."

Ibu memelukku erat. Aku merasa terharu dengan kejutan kecil ini. Sederhana tapi selalu membuatku bahagia. Walau kita hanya hidup berdua, tapi aku senang punya ibu seperti dia. Kalaupun harus memberikan nyawa deminya, sepertinya aku akan rela. Hehe.

Aku memejamkan mata melafalkan beberapa doa lalu meniup lilin pertanda sudah selesai doaku. Lalu memotong pucuk kue itu dan ku suapkan pada ibu.

Upacara ulang tahun di pagi hari seperti ini sudah biasa kurasakan sejak dulu. setiap kali aku ulangtahun, ibuku tak pernah absen memberikan kue kecil untukku. sederhana dan terlalu biasa. tapi tetap saja aku terkejut dan senang ketika dirayakan. Apalagi jika ibuku yang melakukannya. semua rasanya menjadi indah saja.

Belum berakhir disini. Ada kotak berwarna pink di atas meja. Tentu saja itu juga perbuatan ibuku. Aku bergegas mengambilnya. Ibu tersenyum melihatku. Perlahan-lahan ku buka kotak itu.

"Sepatu! Oh ibu. Bagaimana kau tahu?"

Aku memeluk ibu sampai beliau sesak nafas. Aku tertawa melihatnya. Aku hanya senang. Senang sekali mendapatkan sepatu ini. Sepatu berwarna putih yang manis. Perpaduan warna putih dan pink itu membuat aura sepatu itu semakin manis. Sudah lama sekali aku menginginkan sepatu baru!

Aku melompat lompat tidak jelas memakai sepatunya.

"Bu, boleh kan ku pakai ke sekolah hari ini?" Tanyaku dengan tatapan bahagia.

"Tentu saja, sayang. Ibu memang membelikannya untukmu." Ibu mengelus rambutku pelan. Sentuhannya penuh kasih sayang.

"Yeayyyy..... terimakasih ibu...." Aku memeluknya lagi.

Belum selesai melampiaskan rasa bahagiaku, ibu membuatku lebih terkejut, "Sudah sana. Udah ditungguin pangerannya tuh di depan." Kata ibu melirikku dengan senyuman.

"Hah? Siapa? Pangeran?" Bingungku.

"Tuh. Mike. Dia ada disitu sejak kamu loncat loncat kaya kelinci pas dapat sepatu." Katanya masih tersenyum.

Aku melotot mendengar perkataan ibuku. Bagaimana mungkin dia diam saja saat seseorang yang anaknya suka ini melihat tingkah konyol anaknya? Gila. Ibu pasti sengaja mengerjaiku. Awas saja!

"Biasa aja. Nggak usah melotot. Matanya mau keluar tuh."

Sambil menunjuk mataku dengan jari telunjuk dan tengahnya, ibu tertawa.

"Lagian kalo namanya udah suka. Mau kamu bangun tidur kaya singa pun bakalan tetep suka kali."

Aku tersenyum malu. Pasti sudah ada semburat merah di pipiku. Ibuku ini benar-benar gila.

"Udah ah buk. Kayla berangkat dulu. Kasian Mike nya. Dadah ibuuuu..."

Kakiku berhenti berlari ketika berada di depan Mike. Bagai seorang tuan puteri, setelah diberi kejutan dengan kue tar oleh ibunya kini aku dijemput oleh pangeranku.

Bukan hanya itu. Yang lebih mengejutkan, Mike tiba-tiba menyodorkan kotak kecil untukku. Tanpa kata. Seperti biasa sedang kumat sifat es nya. Suaranya begitu mahal. Jadi irit omong.

Aku tersenyum menerimanya dan membuka kotak itu, betapa menyebalkannya. Kau tau berisi apa? Jepit rambut dengan ukiran pita dari mutiara-mutiara kecil berwarna merah muda. Manis sekali sebenarnya. Tapi aku sebal sekali. Memangnya aku anak kecil diberi jepit rambut segala?

"Karena aku tak suka poni panjangmu itu selalu menutupi wajahmu. Aku tidak suka kalau senyum manismu itu tak bisa ku lihat ketika kau tertawa."

Wahhhhh hebattt! Aku bukan takjub karena penjelasan Mike. Tapi aku justru lebih takjub dengan kalimat Mike. Dia bahkan tidak menyadari telah berbicara sepanjang itu kepadaku.

Aku sampai melongo dibuatnya tatkala jepit rambut itu dipakaikan di kepalaku. Tentu saja oleh pemberinya. Pangeranku. Kalau Cinderella di pakaikan sepatu di kakinya oleh Pangerannya, aku dipakaikan jepit rambut di kepalaku oleh pangeranku. Oh. Ini seperti mimpi. Bagaimana mungkin keadaan ini terbalik? Mike yang selama ini seolah tak melihatku, hari ini dia memakaikan jepit di rambutku. Arggghhhhhh rasanya aku ingin memeluknya. Tapi tidak tidak. Aku menahan keinginan gila itu. Aku semakin menyukainya.

🐳🐳🐳

Masih tentang ulang tahunku, hari ini aku ingin mengujungi lautan. Kakiku rasanya sudah gatal ingin terkena air. Aku menyuruh Mike pulang terlebih dahulu. Awalnya Mike menolak dan bilang ingin menemaniku. Tapi aku bilang padanya kalau aku ingin sendiri saja. Syukurlah Mike memahamiku.

Sesampainya disana, seperti biasa tak ada satu orang pun. Entah mengapa kakiku bergetar melihat air. Pun dengan tenggorokanku. Rasanya aku haus sekali. Seolah sudah berhari-hari kekeringan. Aku mencopot sepatu pemberian dari ibuku pagi tadi. Aku sudah tidak kuat lagi. Kaki ku ingin merasakan deburan ombak yang menggoda itu. Namun belum sempat aku melepas kedua sepatu, ombak sudah mengenai kaki kiri ku. Sungguh, rasanya menyegarkan. Ini segar sekali. Tanpa ku duga, lututku terasa lemas. Aku terjatuh. Yang lebih aneh, muncul sebuah ekor berwarna biru laut menggantikan kakiku.

OH DEWA ! KESIALAN APALAGI INI?

🐳🐳🐳