Pukul dua puluh dua Waktu Indonesia Barat. Maya, Adit, Putra dan Haz, telah berada di depan ruang ICU. Sebenarnya kondisi Maya, belum terlalu kuat untuk berjalan, atau pun duduk lama. Namun, ia tetap membulatkan tekad, ada dorongan besar di dalam diri untuk hadir di sini.
Semacam panggilan jiwa. Suara anaknya memanggil-manggil. Seperti kala itu. Ia tersedak saat Kinan meratap dan memanggil dirinya dengan kepiluan yang begitu menyayat hati.
Maya berdiri di depan pintu, dirangkul oleh Adit dengan satu tangan. Di belakang ia berdiri, ada Putra dan Haz. Ingin berada di sisi Kinan, tapi, tidak dibenarkan untuk saat ini.
Beberapa menit lalu, detak jantung Kinan sempat melemah, sehingga, dokter dengan didampingi seorang perawat telah berada di dalam sana. Sedang mengupayakan organ di dalam tubuh Kinan supaya kembali bekerja normal.
Maya mulai merasa pusing. Ia menyandarkan kepala di pundak Adit. Berat sekali terasa. Membayangkan banyak hal yang akan terjadi di depan mata.