"Mau kemana loe?" tanya Bagas berdiri di hadapannya.
Aisyah bergeming. Kedua tangannya terkepal.
"Lihat gue, Aisyah!"
Bagas berseru. Memaksa bola mata bulat nan indah itu menatap dirinya. Sudah berkaca-kaca, seakan-akan siap menumpahkan tangisan amarah itu.
"Kenapa loe, Ai?"
Meski ia sangat khawatir, tapi, di hadapan semua orang, ia tak mungkin mampu menjatuhkan wibawanya sebagai seorang komandan untuk Aisyah.
"Gue mau bunuh si bangsat itu!"
Bagas melihat Arsy mendekat.
"Jangan, Nak. Jangan lakukan itu!"
Arsy memohon, agar Aisyah tidak melakukan hal bodoh apa pun. Sementara Bagas tampak bingung dengan semua ucapan Aisyah, maupun Arsy.
"Udah cukup dia hidup enak selama hampir tiga puluh satu tahun ini. Jadi, saatnya dia harus merasakan gimana sakit dan menderitanya Ibu berjuang mengandung Aisyah!"