Arsy tersentak. Ia bingung dengan apa yang harus dijawab. Hah!
"Kenapa kamu Dek?"
Maya juga ikut menanyakan. Arsy semakin berkeringat dingin. Sesaat ia benar-benar terlempar ke kejadian waktu itu.
Tiga puluh satu tahun yang lalu.
"Jangan, Bang. Jangan lakukan itu! Arsy cuma mau nyari Papi. Abang janji mau bantu, tapi, kenapa malah bawa Arsy ke sini?"
Arsy muda belia, memohon agar tak disentuh oleh Andara Zaidi, yang menjadi kekasihnya kala itu.
"Apa kamu nggak capek, Dek? Istirahat dulu sama Abang. Kamu bakal senang kok, Abang akan bawa kamu melayang."
Arsy menggeleng-geleng. Saat Andara Zaidi mendekatinya di tengah kebun tebu.
Tidak ada siapapun yang lewat, meski di siang bolong sekali pun.
Saat Arsy remaja berteriak, tapi, tak ada yang mendengar, Andara malah membekap mulutnya dengan telapak tangan, sambil melakukan aksi bejadnya.