"Tadi udah, tapi, perut Bunda kriyuk-kriyuk, makanya Bunda kebangun."
Maya menjawab sambil berjalan keluar kamar. Ia tak ingin menganggu suaminya, yang tengah tertidur. Kasihan Adit, sejak ia sakit, pria itu tak pernah beranjak dari sisinya. Dan pekerjaan kantor, hanya ia pantau dari rumah saja. Beruntung ada Ajay yang mampu mengendalikan dengan baik.
"Bunda jangan begadang dong," gerutu Putra di tempatnya kini.
"Nggak, abis ini Bunda bakalan tidur lagi. Tapi, bener ya kamu nggak apa-apa di sana?"
Maya memastikan kembali kondisi anaknya. Ia sungguh sangat risau sekali, kalau-kalau Putra kenapa-napa, sementara yang ia tahu, pemuda itu, sendirian saja saat ini.
"Iya, Bunda, Abang baik-baik aja, kok. Bunda cepet sembuh ya."
Maya menghela nafas lega, ia sudah kembali duduk di meja makan, dihadapan bungsunya, yang menatapnya penasaran.
"Oke, Bang. Ya udah, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, Bunda."