"Maaf, Kak. Gue cuma takut aja terjadi apa-apa sama loe."
Putra duduk di hadapan Kinan. Ia berjongkok, dan meraih tangan gadis itu. Kemudian meletakkan di keningnya.
"Maaf banget, seharusnya gue hargai usaha keras loe buat berubah sampai jadi seperti ini. Seharusnya gue berada di garda terdepan buat ngebela dan ngelindungin loe. Bukannya,
malah ikut menjatuhkan seperti ini."
Putra sungguh menyesal. Jelas terlihat dari sinar matanya.
Air mata Kinan menitik, kesedihan ini begitu memilukan hingga mampu menyamarkan nyeri yang masih terasa di bawah perutnya.