Kinan hanya membiarkan Putra hingga selesai dengan luapan emosinya. Mungkin sedikit demi sedikit bisa ia korek nanti.
Beberapa menit, terlihat Putra mulai tenang. Tapi, belum serta merta bisa ditanyai. Kinan masih mencari celah, agar pemuda dihadapannya ini mau melakukan komunikasi dua arah, tanpa diliputi perasaan tidak senang.
Lima menit...
Sepuluh menit...
Lima belas menit...
Rasanya cukup. Putra masih menekur dan belum mengangkat wajah.
"Tra."
Pelan, gadis itu memanggil namanya. Dan secara perlahan juga, Putra mengangkat wajah.
Matanya memerah. Seolah sedang berusaha menahan sesak di dalam dada.
"Loe baik-baik aja kan?"
Hati-hati Kinan bertanya. Ia tak ingin Putra jadi merasa terganggu atau bagaimana.
"Nggak. Gue nggak baik-baik aja. Loe bisa lihat sendiri kan?"
Putra menjawab sarkas. Bagaimana bisa kondisi seperti yang ia alami ini dikatakan baik-baik saja. Tidak.
"Lihat gue, Kinan! Kepala gue ini rasanya mau pecah."