Namun, tak lama setelah itu, ponselnya berdering. Dari Adit. Kinan langsung mengangkat dengan senyum mengembang.
"Ada apa, Kak?" tanya Adit di seberang sana.
"Bunda gimana, Yah?"
Yang terpikir hanya ini.
"Bunda lagi istirahat. Baru aja tidur. Udah agak mendingan. Kakak gimana kabarnya? Jaga kesehatan terus ya."
Kinan menghela nafas berat, "Syukurlah Bunda udah baikan. Iya, Yah. Ayah juga jaga kesehatan."
"Iya. Oh iya. Ada apa kamu nelpon? Apa sudah ada kabar dari Farah?"
Kinan mengangguk. "Iya, Yah. Tiara juga mau bilang soal ini. Dia sedang menuju Kota Kembang, Tiara ikuti dia ke sana."
"Sama apa kamu perginya, Kak?"
"Mobil, Yah?"
"Sama siapa?" tanya Adit.
Suaranya terdengar cemas di seberang sana.
"Ada temen Tiara, yang mau nemenin, Yah."
Kinan melirik Zero, yang mengangguk. Ia tak mengapa jika diakui sebagai teman saja pada calon Ayah mertuanya. Tak mengapa.
"Perempuan atau laki-laki?"
Kinan terkejut, ia tak menyangka Adit akan menanyakan sampai se detail ini.