Sepeninggal Secilia, Kinan kembali meraih buku pelajaran agama, yang diberikan oleh Murni.
Masih banyak yang harus ia hafalkan.
Sedang asik-asik membaca, telepon Kinan berdering. Dari Ayah.
Entah kenapa, Adit cukup intens menghubungi, meski hanya sekedar menanyakan keadaan dan kecukupan materi yang ia punya.
"Assalamualaikum, Yah."
Kinan menjawab dengan senyum terlebar yang ia punya.
"Waalaikumsalam, Nak. Kamu lagi ngapain?"
"Saya lagi baca buku, Yah."
"Wah, buku apa?"
"Hadiah dari Ibu."
Kinan seolah segan mengatakan buku jenis apa yang sedang ia baca. Hah! Lagi-lagi ia ingat pesan Murni. Bahwa, dosa yang ia perbuat, akan ditanggung juga oleh Adit, sebagai Ayah kandungnya.
Dan, Kinan bersyukur sekali, ia masih diberi hidup dan kesempatan untuk memperbaiki diri. Sehingga, ia pun bisa memberikan hadiah kebaikan untuk Adit.
"Sudah makan?" tanya Adit, terdengar riang.
"Sudah. Ayah, lagi apa?"
Kinan pun balik bertanya.