Tidak lama, Secilia kembali keluar membawa gelas baru yang berisi air putih.
Kinan sedikit termangu. Zero pergi ke Wilayah Barat karena patah hati ditinggal Helea.
"Gue acungi si brengsek itu jempol. Dia emang hebat menurut gue. Sampai semua aset, hampir delapan puluh persen, semua dia kuasai. Gue, cuma dikasih dua puluh persen, dari pendapatan usaha Bokap juga. Tiap bulan memang ditransfernya. Lumayan lah, tapi, menurut gue, itu nggak adil aja."
"Loe masih ngarep. Bukannya, loe nggak suka sama kerjaan bokap loe?" tanya Kinan, membuat Secilia tersentak.
"Iya sih, tapi, duitnya gue tetep suka lah, gila aja loe, duit sapa yang nggak suka."
Secilia terkekeh.
Beberapa lama, mereka hanya diam sambil sama-sama menatap langit, yang tak lagi seterik tadi.
Matahari juga sudah mulai berangsur turun ke ufuk barat. Dari mereka memandang, pemandangan Ibu Kota masih begitu-begitu saja, sejauh mata menatap, yang terlihat hanya jejeran gedung-gedung tinggi.