Secilia duduk di sofa luar, ia mengamati Kinan yang tengah sibuk dengan tanamannya.
"Males gue cerita soal itu."
"Kenapa?"
Secilia hanya mengangkat bahu, sambil menyesap juice kiwinya.
Beberapa saat hening. Kinan dengan kesibukannya sendiri, dan Secilia dengan lamunannya.
"Hei, bengong aja. Cerita kenapa, dari pada nggak jelas begini."
Kinan mengagetkan Secilia.
"Gue pernah cerita soal neraka kan? Neraka yang gue saksikan dengan mata kepala gue sendiri."
Kinan mencoba mengingat-ingat. Ya. Rasanya pernah. Saat di penjara, ketika sayatan pisau cutter berkarat hampir membuat nadi Kinan putus.
"Ya. Inget."
"Gue lahir di keluarga mafia tersohor Wilayah Tengah kala itu. Gue anak pertama dari dua bersaudara, yang seibu. Loe tahu sendirilah, mafia mana ada yang setia. Tetep aja nanem benih di mana-mana."
Kinan hanya menghela nafas. Ia tak mengenal dunia seperti itu.