Haz tertawa. "Gue yakin, Abang juga pernah mimpi itu."
Dengan yakin pemuda itu mengungkapkan. Ya. Tentu saja, Putra cukup sering bermimpi hal itu.
"Ayo Kak, masuk."
Haz menarik tangan Kinan, yang ditahan oleh gadis itu.
Entah kenapa, ia seolah takut memasuki pintu yang terbuka lebar itu. Inilah rumahnya. Tempat ia seharusnya dibesarkan. Tempat ia semestinya tinggal.
Inikah rumahku surgaku itu?
Di sinikah seharusnya ia dibawa pulang setelah dilahirkan? Mendapat perlakuan penuh kasih dari Maya dan Adit.
Rumah ini sarat sekali dengan keharmonisan. Seharusnya mereka sudah menjadi keluarga sejak dulu.
"Bun, Yah. Ini Kak Tiara pulang."
Haz dengan gamblangnya berkata sambil terus menarik tangan Kinan masuk, diikuti oleh Aisyah dan Murni.
Suasana tegang sudah tercipta di sana. Maya enggan untuk menatap. Tetapi, Adit menoleh. Ia memerhatikan Kinan dengan seksama.