Putra tak tinggal diam, ia segera menyusul Kinan. Biar bagaimana pun, ia juga cemas, kalau-kalau Kinan kenapa-napa.
Sekeliling memang masih dipadati oleh polisi dan beberapa mobil ambulans, yang baru saja datang. Lokasi tersebut menjadi terang benderang, sebab lampu rotator yang menyala dari mobil-mobil polisi dan ambulan-ambulans yang terparkir di sana.
Kawasan yang sangat jauh dari pemukiman penduduk.
Sehingga, memang sepi, juga tak terjamah, lokasi ini seperti kawasan mati. Akses menuju tempat ini saja, tertutup, tak ada jalur lain, yang membuat jalan di depan lokasi harus dilalui.
"Kinan," panggil Putra.
"Apa lagi, Tra?" tukas Kinan marah.
"Denger dulu."
"Apa lagi yang musti gue denger?"
"Nan, loe cuma salah kaprah aja sama yang gue bilang tadi, maksud gue tu nggak kayak yang loe pikirin."
Putra menahan lengan Kinan, yang terus bersikeras hendak pergi.
"Loe, dan semua yang ada di sini itu sama aja. Jadi, gue nggak akan bicara apa-apa."