Saat ponsel itu terbuka, pria itu lalu menghubungi nomor Zero.
Tak langsung diangkat. Panggilan ke tiga baru dijawabnya.
"Hallo, Nan. Ada apa?"
Pria yang menculik Kinan tertawa.
"Lembut banget suara loe, Zer!"
"Siapa loe?"
"Mudah banget emang ya, lupain gue!"
"Bangsat, Alex!"
"Wah, loe masih inget gue ternyata ya."
Pembicaraan itu memang sengaja di speakerkan oleh pria yang bernama Alex, agar Kinan juga ikut mendengar.
Gadis itu tak menyangka, ternyata Zero tak selalu bicara dengan cara kaku seperti yang ia lakukan padanya.
"Kenapa ponsel cewek gue ada sama loe?"
"Oh, jadi ini jalang, memang cewek loe ternyata!"
"Jangan loe sebut dia kayak gitu!"
Zero terdengar geram, ia seolah tak rela kalau Kinan dikatakan begitu. Baginya Kinan adalah gadis paling sempurna. Ia tak layak direndahkan lagi. Cukuplah masa lalu itu hanya menjadi kisah kelam, yang akan tenggelam bersama dengan karamnya ingatan akan hal menyeramkan itu.