Bunyi telepon masuk sudah terdengar. Namun, sekali panggilan diabaikan begitu saja. Ke dua kali juga begitu, hingga ke empat kali, barulah Kinan menjawab.
"Hallo."
Suara gadis itu terdengar biasa saja, normal bahkan terkesan datar.
"Nan, ini gue."
Hanya dengan begitu saja, Kinan sudah tahu, kalau yang menghubunginya adalah Putra. Suaranya tak mudah untuk dilupakan.
Gadis itu hendak mematikan, namun, urung. Dia masih belum tega melakukannya.
"Ya, ada apa?" tanya Kinan terdengar malas.
Ia sedang bekerja, banyak yang harus ia selesaikan, laporan bulanan. Pekerjaan inti dari tiga orang yang sudah dipecat karena ribut dengan dirinya. MEmang bukan padanya dialihkan semua tugas mereka, hanya saja, Kinan menawarkan diri, dan meyakinkan pada Zero, bahwa dia ingin sekali memiliki pekerjaan yang menyibukkan. Setidaknya, mereka yang melihat sebelah mata, dapat menghilangkan pandangan tersebut.