Setelah Zero pergi, Kinan pun bernafas lega. Ia sangat cemas sekali melakukan kesalahan pada pria itu. Syukurlah, malam ini ia masih bisa menahan perbuatan Zero, yang mungkin bisa saja lebih menyakitinya.
Kinan memang merasakah hal lain pada pria itu. Sayang, cinta. Ya. Benar sekali. Hanya saja, ia takut dengan kepribadian Zero yang belum sepenuhnya ia ketahui. Meski sebenarnya pria itu sangatlah baik. Namun, pria itu juga bisa berubah menjadi hal lain, yang bertentangan dengan diri yang sebenarnya.
Kinan melepaskan selimut yang menutupi tubuhnya tadi. Ia ingin mandi. Perlahan masuk ke dalam kamar mandi di kamar itu, lalu tak lama, ia muntah. Sejak tadi ditahannya rasa mual yang naik turun untuk mengeluarkan isi perutnya.
Jika ingat hal yang dilakukannya tadi, tentu saja ia jijik. Kerongkongannya pun seolah terasa tidak enak. Namun, apa boleh buat, Zero memang sebaiknya dilayani sedemikian rupa.