Kinan kembali membayangkan, jika dirinya adalah benar anak sulung dari dua orang yang pernah membuat Farah mendendam hingga kini. Dan jika saja, ia tumbuh dan besar dalam keluarga itu. Betapa nikmatnya kehidupan yang ia jalani, menjadi gadis baik-baik dan terhormat, tidak dipandang sebelah mata, lalu dihargai oleh banyak orang yang memandang penuh kekaguman.
Sseperti halnya yang didapat oleh Putra. Ia juga akan merasakan hal yang sama.
Namun, lagi-lagi ia menggeleng. Itu tidak mungkin. Ia dan Putra saling mencintai. Dan kelak akan menikah, hidup bersama sebagai suami istri. Bagaimana mungkin, tiba-tiba bisa menjadi kakak dan adik. Tuhan tidak akan sekejam itu padanya. Rasanya sudah cukup derita yang ia tanggung selama ini, bukan.
"Apa Ayah dan Bunda udah pernah ke Ibu Kota jenguk kamu?"
Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan Kinan malam ini, membuat Putra menjadi heran.
"Loe kenapa, Nan? Tiba-tiba nanya orangtua gue?"
Kinan tersentak.