Aisyah masuk ke ruang tempat Putra terbaring. Di sana juga sudah ada Bagas yang duduk menunggui Putra.
"Gas, apa yang terjadi ke dia? apa udah diperiksa dokter?"
Aisyah mendekati Bagas yang berdiri saat ia terlihat masuk ke dalam.
"Udah Ai. Dokter bilang nggak terjadi apa-apa yang berat kok."
"Kepalanya gimana?" tanya Aisyah memastikan. Ia ingat kepala sebelah kiri itu sensitif sekali. Jadi gadis itu cemas kalau terjadi benturan di sana. Jangan sampai lukanya menjadi lebih parah, atau bahkan menghilangkan ingatan seutuhnya.
"Dokter nggak bilang apa-apa soal itu."
Aisyah lalu mendekati Putra yang masih belum sadarkan diri. Wajahnya lebam.
"Kasihan banget dia. Padahal orang baik, tapi ada aja orang yang menjahati."
"Putra ada cerita yang ngarah-ngarah ke musuh nggak sama loe?"
Aisyah menggeleng. "Nggak. Kecuali soal Kinan."
Bagas terbelalak, "Kinan? bukannya dia udah meninggal?"
Aisyah menggeleng. "Belum Gas, dia tinggal di apartemen sebelah Putra. Gue juga baru tahu."