Kinan kembali ke bawah, setelah mengambil lagi dompetnya yang tertinggal. Sebelum menuju lift, ia melirik unit apartement di sebelah. Apa mungkin yang tinggal di sini benar-benar Putra?
Ia rasanya ingin sekali melihat. Hanya ingin melihat, tak pula ingin menghampiri, apalagi bertegur sapa. Gadis itu tampaknya masih sangat malu jika harus bertemu lagi dengan Putra. Meskipun mungkin saja Putra sudah mendengar berita kematiannya. Ah, tak mengapa. Biarkan Putra melupakannya. Bagi Kinan itu sudah jauh lebih baik, dari pada harus terus berusaha menghindari pemuda itu.
Jika Putra melupakannya, otomatis, ia takkan susah payah untuk bersembunyi bukan. Semoga saja hal itu terjadi. Kinan berdoa di dalam hati. Ia benar-benar sangat ingin Putra melupakannya, semua.