Perlakuan Putra benar-benar telah membuat Kinan bersedih hati. Gadis itu bahkan mulai lupa bagaimana cara kembali tersenyum. Kaku, tak punya perasaan, tak punya otak, ya, tak lagi punya otak, seperti yang Putra katakan padanya tadi. Sikap itu mulai menjalar lagi. Gadis yang telah berjuang untuk menjadi dirinya yang baru, tak mampu melangkah lebih jauh. Ia tertambat dan seolah terpaku di situasi, yang membuatnya urung untuk bergerak maju.
Tidak ada yang membahagiakan di depan sana. Yang ada hanya kesedihan, kedukaan, kepedihan, lebih baik mundur dan berbalik. Namun, tidak untuk kembali menenggelamkan diri dalam kenistaan yang lalu. Ia hanya ingin berbalik, berdiam diri dalam situasi yang penuh dengan kegelapan. Sendiri saja. Duduk meringkuk di sudut dinding, membenamkan wajah dalam lipatan tangan, tetapi tidak untuk menangis. Hanya untuk menyendiri, menepi.
Kinan memacu kendaraan cepat. Notifikasi dari beberapa media sosial yang ter log-in terus berdenting. Ada apa?