Putra masih betah dengan kekesalannya. Ia tak melihat bagaimana gadis dihadapannya sampai gemetar menahan rasa sakit atas semua kecaman yang ia layangkan. Bagi Kinan, ucapan yang dilontarkan Putra padanya ini sama dengan sebuah hantaman keras, yang menghentakkan hatinya, lalu membuat hati itu retak dan seketika hancur berkeping-keping.
Putra tak pernah sampai sebegini emosionalnya, terhadap rasa kecewa yang ia peroleh. Jika di awal dulu, ia pernah marah, tapi, bukan marah yang seperti saat sekarang ini. Ketika itu Putra marah justru karena ia sayang pada Kinan. Namun, saat ini, kemarahan itu lebih kepada luapan rasa tidak senang, yang mengendap dalam hati.
"Loe udah ngecewain gue, Kinan!"