Melihat Kinan justru tak menghampiri, Putra pun mengejar. Maya melihat, namun ia biarkan saja. Murni terlihat agak terkejut. Ia tak menyangka keponakannya ternyata mengenal Kinan.
"Nanโฆ"
Putra menarik tangan gadis itu. Lalu menariknya menuju parkiran. Di sana mungkin lebih leluasa untuk bicara.
Kinan mengikut saja, ia sangat ingin memeluk pemuda yang tengah menarik tangannya ini. Sangat. Melihat punggungnya saja sudah membuat degub jantungnya berpacu. Rindu ini membuatnya hampir gila.
"Mau kemana?"
Putra bersandar di badan mobilnya, melepas tangan Kinan yang sudah berlinang air mata menatapnya.
"Kenapa lagi, Nan?"
Putra meraih pipi gadis itu dan menghapus bulir bening yang menetes di sana.
Seperti biasa, setiap kali ada yang memedulikan ketika ia menangis, bukannya mereda, Kinan bahkan berjongkok dan menyembunyikan wajahnya di lipatan tangan. Ia menangis sejadi-jadinya.
"Hei. Kinan, udah dong. Ntar gue dituduh macem-macem sama loe."