Maya terkejut, saat yang ia temui di luar ruangan adalah Toni.
"Apa kabar, May?"
Pria jahat itu mengulurkan tangan. Tapi Maya tak menyambut, ia hanya mengatup kedua tangan di dada.
Toni menggigit bibir, sambil melihat tangannya yang mengambang di udara. Hah! sial sekali, padahal dulu, ia bisa leluasa menyentuh Maya, meski hanya sebatas memegang tangan. Bahkan sempat hampir menciumnya.
Ah, jika diingat tragedi itu. Sungguh memilukan sekali. Seandainya tak ada Adit yang datang mencari Maya malam itu, entah bagaimana nasib si Bunda masa dulu.
Adit juga sempat meninggalkan bekas pukulan di wajah Toni, karena telah berbuat tak senonoh pada sahabatnya –sekitar dua puluh lima tahun yang lalu. Dulu, Ayah dan Bunda Putra adalah kawan karib, sama-sama memendam rasa, namun tak terungkap. Hingga akhirnya, Toni datang memberi warna baru bagi Maya.