Putra menatap Aisyah tak mengerti. Ia pikir, Aisyah juga memiliki rasa yang sama untuknya. Sikap Aisyah yang juga seolah menampakkan ia menyukai Putra, sebab setiap kali pemuda itu mengajak bertemu, tak pernah sekali pun Aisyah menolak. Pun saat kepindahan Putra ke Ibu Kota, Aisyah lah orang paling sibuk mengurusnya, membantu berbenah di apartemen, bahkan polwan manis itu sampai rela mengajukan izin sehari hanya agar bisa membantu Putra.
Lalu, setiap hari, ia tak pernah menolak telepon dari Putra, bahkan setiap kali pergi kemana, terkadang ia akan memberi tahu pemuda itu, pun sebaliknya.
Putra pikir, tindakan sederhana dari Aisyah tersebut adalah bentuk dari rasa cintanya, namun, melihat sikap yang ia berikan malam ini, kala kata cinta itu mengalir dari ucapan Putra, Aisyah berubah. Gadis itu seakan membentengi dirinya. Ia menghambat Putra untuk bergerak maju lebih dekat padanya.