Chereads / Berawal dari Perjodohan / Chapter 4 - BdP - 4

Chapter 4 - BdP - 4

Pukul 06:00 pagi Alena sudah siap dengan seragam nya yang rapih, entah kenapa di hari ini ia ingin datang lebih pagi ke sekolah.

Mungkin karena suasana hati nya yang masih hancur dan juga mood nya yang buruk.

Setelah bersiap-siap Alena langsung turun kebawah untuk berpamitan kepada orang tua dan abang nya.

"Morning" Sapa Alena.

"Morning too sayang" Sapa balik mereka secara bersamaan.

"Tumben Al kamu jam segini udah rapih, ada rapat OSIS?" Tanya Citra.

"Gak ada bun, lagi mau berangkat pagi aja" Jawab Alena.

"Eh Al gue belum siap-siap tunggu gue dulu bentar ya" Ucap Atha sambil mengunyah sarapan nya itu.

"Gak usah bang, gue lagi mau bawa mobil sendiri aja, lagian pulang nya gue juga mau mampir ke toko buku dulu" Jawab Alena.

"Ayah anter aja ya kamu ke sekolah nya?" Tawar Andi.

"Gak usah yah, aku lagi mau bawa mobil sendiri gapapa kan?" Tolak Alena.

"Tapi sayang, bunda khawatir sama kamu, kamu kan udah lama gak bawa mobil, apa kamu yakin dengan kejadian waktu itu?" Tanya Citra.

"Aku udah lupain kejadian itu bun, aku udah yakin kok buat bawa mobil lagi" Jawab Alena meyakinkan mereka semua.

"Yaudah aku berangkat ya" Pamit Alena.

"Loh sayang gak mau sarapan dulu? Masa makan roti aja?" Tanya Citra.

"Gak bun udah kenyang kok, nanti kalau laper bisa beli di kantin" Jawab Alena.

"Yaudah, tapi jangan sampai telat makan loh!" Peringat Citra.

"Iyaa, yaudah Alena berangkat" Pamit Alena sambil menyalimi kedua tangan orang tua nya.

"Lo serius gak mau tunggu gue dulu? 10 menit aja kok" Ucap Atha.

"Gak usah bang gapapa" Jawab Alena.

"Hati-hati ya di jalan, jangan ngebut-ngebut. Kalau ada apa-apa langsung kabarin".

"Iya bun".

"Assalamu'alaikum".

"Wa'alaikumsalam".

Alena menuju garasi untuk mengambil mobil nya, sebelum ia masuk ke mobil nya ia berpikir ulang apa ia yakin bisa membawa mobil nya kembali.

"Apa gue bisa bawa mobil lagi ya? Tapi gue ragu" Batin Alena.

"Bismillah aja deh".

Alena pelan-pelan mengeluarkan mobil nya dari dalam garasi nya dan ia melajukan mobil nya di dengan kecepatan standar rata-rata.

"Kenapa di setiap seperti ini gak ada satu orang pun yang mendukung gue ya" Gumam Alena.

"Gue benci semua orang".

"Gue kangen lo na, gue kangen sosok sahabat kayak lo" Ucap Alena yang mulai meneteskan air matanya kembali.

Alena melanjutkan perjalanan nya. Namun, perjalanan nya bukan ke arah sekolah nya justru ke arah sebaliknya.

Saat ini Alena menuju makam. Yaa makam! Dimana makam itu terdapat sahabat nya sejak kecil yang meninggalkan Alena karena penyakitnya.

Karena sahabat nya itu tempat untuk dirinya bercerita dan menenangkan hati nya disana, yaa walaupun dia harus berbicara dengan batu nisan, namun hatinya sedikit tenang dan lega.

Alena sudah sampai di depan baru nisan yang bertulisan nama "Keana Ladaishea".

"Assalamu'alaikum. Hai Ana, apa kabar?" Sapa Alena sambil berjongkok tepat di samping batu nisan tersebut.

"Na lo bisa bantu gue kan buat batalin perjodohan ini? Lo kan sahabat gue na, lo pasti bisa kan? Lo pasti bisa bantu gue na, gue mohon bantu gue" Ucap Alena yang lagi-lagi dengan air matanya yang sudah membasahi pipinya sambil mengusap batu nisan tersebut.

"Gue takut na, saat ini gak ada yang biaa bantuin gue, gue bingung harus minta tolong ke siapa lagi selain minta tolong ke elo, karna cuman lo sahabat gue yang selalu bisa bantu masalah gue" Ucap Alena.

"Kayak nya lo juga gak bisa bantu gue ya, yaudah na gue mau berangkat dulu ke sekolah, baik-baik di sana, semoga lo selalu tenang dan bahagia disana yaa. Assalamu'alaikum" Pamit Alena sambil bangkit dari jongkok nya, dan berlalu dari sana.

Alena meninggalkan makam tersebut langsung menuju ke sekolah nya, karena bagaimanapun ia tidak boleh datang terlambat ke sekolah, itu sudah menjadi prinsip dirinya.

Sesampainya di sekolah, Alena menjadi pusat perhatian, karena tampilan nya yang berbeda. Kali ini tampilan Alena sangat lah buruk, dengan seragam nya yang kucel serta mata nya yang sembab akibat nangis semalam dan pagi ini.

Sesampainya di kelas dia sudah di sambut oleh ketiga sahabat nya itu, akan banyak pertanyaan yang keluar dari mulut sahabat-sahabat nya itu, pasti!.

"Ya ampun Alena lo kenapa jadi kayak gini?" Tanya Ara.

"Gapapa kok, tadi gue habis dari makam nya Ana" Jawab Alena.

"Lo lagi ada masalah?" Tanya Nabila

"Iya Al kalau ada masalah cerita aja sama kita-kita. Pasti kita bantu kok" Ucap Avi.

"Kalian tenang aja, gue gapapa kok, mata gue kayak gini juga karna kurang tidur aja kok" Jawab nya lagi sambil berlalu pergi untuk duduk di tempatnya.

"Gue yakin lo ada masalah Al, gue kenal lo bukan sehari dua hari aja, tapi udah tahunan jadi gue tau banget apa yang lagi lo rasain sekarang" Batin Nabila.

Pelajaran pertama sudah dimulai, guru nya pun sudah memulai pelajaran nya seperti biasa. Sedangkan Alena yang merasa bosan mendengarkannya dan juga pikiran nya yang sekarang ini sangat tidak fokus.

"Kapan sih istirahat nya lama banget" Bisik Avi pada Ara.

"Sabar aja bentar lagi juga kelar tuh" Jawab Ara dengan berbisik pelan.

Kringg... Kriinggg....

"Al udah bel, kantin yuk?" Ajak Nabila.

"Nggak deh kalian aja yang ke kantin" Jawab Alena.

"Lo mau nitip apa sama kita?" Tawar Ara.

"Gak usah Ra, gue gak laper gak haus kok" Jawab Alena.

"Tapi lo harus makan Alena, nanti lo sakit" Ucap Nabila.

"Gue udah sarapan kok jadi masih kenyang. Nanti kalau gue laper, gue nyusul kalian aja" Jawab Alena.

Pada akhirnya mereka pasrah dan pergi meninggalkan Alena sendirian di kelas.

Alena merasa bosan di kelas, dia berniat untuk pergi ke taman belakang sekolah, karna tempat itu lah yang membuat hati nya merasa lebih damai dan tenang.

Alena berjalan di sepanjang koridor menuju taman belakang sekolahnya.

Brukk~

"Maaf maaf gue gak sengaja" Ucap Alena saat menyadari dirinya menabrak orang lain, karena memang sedari tadi ia tidak fokus dengan jalanan di depan nya.

"Kenapa sih lo seneng banget nabrakin gue terus" Ujar orang tersebut.

"Gue minta maaf" Ucap Alena dan langsung meninggalkan cowok tersebut, karena ia tidak mau terlalu berurusan dengan cowok itu lagi.

"Ngapa dah tuh si ketos manja, biasa nya kalau ngomong sama gue ngegas banget, aneh." Batin Rey, yapp dia Reynand. Cowok yang selalu manggil Alena dengan sebutan "ketos manja".

"Apa karna perjodohan semalam dia jadi kayak gitu ke gue?" Batin Rey lagi.

#Taman sekolah

Alena duduk menyendiri di taman itu, karena memang taman sekolah tidak pernah ramai karena memang tidak ada yang mengunjungi taman tersebut.

"Alena" Panggil seseorang yang baru saja datang dan Alena langsung mendongakan kepala nya melihat siapa yang memanggil dirinya.

"Eh van, lo di sini juga" Tanya Alena, yaa seseorang itu adalah Devan, wakil ketua OSIS atau wakil dari Alena.

"Iya, lo kenapa Al? Bengong terus gue liatin, lagi ada masalah?" Tanya balik Devan.

"Gue gapapa kok Van" Jawab Alena.

"Lo bisa bohongin semua orang Al, tapi lo gak akan pernah bisa bohongin gue" Ucap Devan.

"Gue tau lo lagi ada masalahkan? Kalau emang iya lo bisa kok cerita ke gue, tapi kalau emang lo gak mau cerita juga gapapa gak perlu di paksain" Ucap Devan.

"Maaf ya van gue lagi gak bisa cerita ke siapapun, gue belum siap aja" Jawab Alena sambil memaksakan senyumnya.

Drrtt... Drrtt...

"Bentar ya gue angkat telpon dulu van" Ucap Alena dan Devan hanya mengangguki.

Nabila is calling.

"Hallo".

"Lo dimana Alena?".

"Gue di taman belakang".

"Sama siapa?".

"Sama Devan".

"Gue susul kesana".

"Gak usah bil, ini gue mau balik kelas kok".

"Yaudah buruan gue tunggu".

Tutttt..

"Hmm ya udah Van gue mau balik kelas dulu ya" Pamit Alena.

"Iyaa"

Saat ini ia berjalan di koridor menuju kelasnya, telepon nya kembali berbunyi dan bergetar, namun kali ini hanya ada pesan masuk.

Drrtt.... Drtttt....

Bunda😘

'Sayang, pulang sekolah kamu bisa ke butik ***** dulu gak? Buat fitting baju pengantin kalian.'

'Iya bun, aku usahain ya.'

'Makasih ya sayang.'

'Iya bunda sama-sama.'

"Males banget kenapa harus segala fitting baju" Batin Alena dengan kesal.

#SKIP

Pulang sekolah.

Akhirnya Alena memutuskan untuk ke butik yang tadi bunda nya bilang, dia langsung mengendarai mobil nya dengan kecepatan standar rata-rata.

Hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja untuk ia tiba di butik tersebut, karena memang jarak butik dari sekolah tidak terlalu jauh.

Alena memasuki butik tersebut dengan terpaksa, hati dan pikiran terus saja menolak dirinya untuk kesini, namun ia tidak ingin mengecewakan bunda nya.

"Hai sayang" Sapa Ica, mamahnya Rey, ingat?.

"Hai tante" Sapa balik Alena tak lupa dengan senyuman nya.

"Yaudah sayang kamu langsung masuk aja ya buat ngukur tubuh kamu, di dalam juga udah ada Rey" Ucap Ica.

"Iya tante" Jawab Alena sambil masuk ke dalam ruangan yang berada di butik tersebut.

Sesampainya di dalam ruangan tersebut, ternyata benar di sana sudah ada Rey yang sedang di ukur tubuhnya itu.

"Hai kamu Alena?" Tanya seseorang yang baru saja menyadari kedatangan Alena.

"Hmm iya tante saya Alena" Jawab Alena.

"Cantik sekali kamu sayang, gak salah pilih emang Rey ini" Goda wanita paruh baya tersebut, wanita itu adalah salah satu yang punya butik tersebut dan ia juga adalah sahabat nya Ica.

"Makasih tante" Jawab Alena sambil tersenyum kikuk, ia tidak tahu harus berbuat apa lagi saat ini.

"Apaan sih baru di puji gitu aja lebay, dasar ketos manja" Gumam Rey dengan sangat pelan.

"Yaudah sini Alena gantian sekarang kamu yang di ukur".

"Iya tante".

Selesai nya mereka di ukur, mereka langsung keluar dari ruangan itu dan menghampiri Ica.

"Hai sayang udah selesai ngukur nya?" Tanya Ica.

"Udah tante" Jawab Alena.

"Ohh iya tante ini udah selesai? Aku mau pamit, aku harus ke toko buku soalnya" Ucap Alena.

"Oh udah kok sayang, yaudah kalau gitu di antar aja ya sama Rey" Jawab Ica.

"Ehh gak usah tante, aku bawa mobil sendiri kok" Tolak Alena.

"Baguslah kali-kali gak usah manja sama orang" Sindir Rey dengan sangat pelan.

"Ngomong apaan kamu barusan Rey?" Tanya Ica.

"Apaan sih mah orang Rey gak ngomong apa-apa" Elaknya.

"Ya udah tante aku permisi, Assalamu'alaikum" Pamit Alena sambil menyalimi tangan Ica.

"Wa'alaikumsalam, hati-hati ya sayang". Jawab Ica dan Alena hanya mengangguki dan tersenyum sebagai jawaban nya.

Alena pergi meninggalkan butik tersebut dengan pikiran nya yang semakin kacau, ia sangat tidak fokus untuk menyetir saat ini.

Pada akhirnya ia memutuskan untuk memberhentikan sejenak mobil nya di pinggiran jalan.

"Sampai kapan gue harus seperti ini, gue udah gak kuat buat nahan semua nya lagi" Batin Alena.

"Gue selalu pendam semua nya sendiri karna gue gak mau semua orang tau tentang ini, tapi harus sampai kapan gue tahan semua nya, gue cape, tapi gue juga bingung harus berbuat apa" Pikir Alena.

"Andai di sini ada Ana atau bang Hito pasti mereka bisa bantu gue, pasti mereka akan melindungi gue dan membatalkan ini semua".

"Gue harus tenang, gak boleh cengeng, walaupun di sini gak ada yang bisa bantu gue, setidak nya gue disini harus bisa kuat" Ucap nya sambil menyemangati dirinya sendiri.