Dengan cepat kami mengikat kaki, dan tangan nya dengan tali perak. Membungkam mulut nya dengan solasi emas, dan membuat nya pusing dengan bau bawang.
Seli sebenarnya tidak tega. Tapi ini akan menjadi suatu hukuman untuk nya. Aku menyuruh Ali menggeledah tubuh nya. siapa tau ada alat pelacak atau apalah itu. Tapi ternyata tidak ada. Prajurit yang malang.
"angkat dia di kursi. Kasihan." Kata Seli. Aku tertawa. Seli terlalu mudah untuk kasihan kepada orang lain.
Kami menunggu dia sampai siuman.
"Bukalah solasi nya Ali!" Pinta ku. dengan kasar, Ali merobek solasi itu se kumis kumis nya.
"Dimana aku?" Tanya prajurit itu. Aku Tersenyum. Meniru gaya Ratu Silone saat melakukan aksi nya.
"Kamu ada di markas kami. Bukankah kamu sangat ingin masuk di sini?" Tanya ku dengan nada yang di balut kesan horor nya.
Dia menatap kami. Lalu menundukkan kepala nya dalam dalam. Dia terlihat kasihan. Tapi kami akan memaksa nya untuk mendapat kan informasi.
