Sudah lebih dari 3 bulan, tapi Seli tak berhasil membujuk Raib. Raib memang keras kepala. Dan karena Raib gak percaya mimpi itu semakin menjadi jadi.
Lambat laun aku juga tahu kalau kisah hidup keluarga ku benar benar kelam. Tapi tak akan kuceritakan di BAB ini.
"Li, lo udah tahu?" Seli yang entah dari mana itu, tiba tiba aja ada disini.
"Tahu apaan?!" Dengan jutek aku meninggalkan Seli.
"Yakin gak penasaran?"
Tetap saja, aku meninggalkan dia tanpa menoleh sedikit pun.
"Yakin?!" Seli mulai mengeluarkan jurus nya, aku berhenti. Namun belum menoleh.
"Raib lho??" Di detik itu juga aku membalikkan tubuhku dan berjalan dengan cepat, tanpa menghilangkan tatapan dingin di wajah.
Seli, terlihat antusias saat aku kembali. Yeah, siapa yang gak bakalan noleh kalau yang mau di omongin adalah jodoh nya?
Maksud nya sahabat nya??
"kenapa Raib?" Aku bertanya dengan tenang.
Seli mulai menceritakan satu persatu hal yang di sampaikan dia. Lumayan banyak.