Chereads / What Do You Know? / Chapter 32 - Diary & BAB 28 {MATAHARI}

Chapter 32 - Diary & BAB 28 {MATAHARI}

Kamu tahu apa yang ada dalam impian ku? Yah, aku terlahir sebagai anak dari keluarga yang bisa di bilang sangat memadai.

Aku tinggal di Malang dengan rumah 2 lantai, cukup mewah bagiku, rumah minimalis yang kami tinggali. Di sana terdapat kakek ku, Om ku, dan mama ku.

Kalau kalian tanya kenapa tak ada papa ku di rumah itu? Karena kedua orang tua ku sudah memutuskan hubungannya.

Cukup membuatku terkejut saat itu. Padahal di saat itu aku lagi semangat semangatnya hidup. Nilai ulangan ku jadi di bawah KKM. Aku tak berani bilang pada Mama ku saat itu.

Hingga akhirnya pada hari Kamis pukul 4 sore aku mengalami kejadian yang aku sendiri tak tahu kenapa itu dapat terjadi.

Aku baru mau istirahat dari latihan Karate, karena itu aku pergi ke luar sekolah. Niatnya mau beli makanan pinggir jalan.

Tapi sedari tadi aku berjalan sambil melamunkan masalah keluarga ku yang, Sumpah! Ini buat aku tersiksa setiap hari.

Raib dan Ali tak tahu soal perceraian papa dan mama ku waktu itu. Aku memutuskan untuk menyimpannya dalam lubuk hatiku.

Kak Jhon? Dia juga ngak tau saat itu. Di luar sekolah awalnya teman teman latihan karate ku juga banyak yang ngumpul di sana pada mau beli jajan.

Aku bersama dua teman latihan karate ku, dia Dewi dan Maya. Mereka awalnya mau ngajakin jajan. Tapi aku cuma jalan di tepi jalanan.

Saat itu pikiran ku tiba tiba hilang dan kosong dengan sendirinya. Gelap yang aku rasakan, sehingga aku merasa itu hanya lah suatu mimpi.

Hingga satu mobil mendadak berhenti di depan ku. Aku hanya diam, seperti takdir yang ada. Salah satu motor dengan laju membuat ku jatuh dengan luka di bagian kepala dan tanganku.

Salah satu guru di sekolah ku yang sedang melihat kejadian ini sempat ingin menolongku, tapi waktu berjalan dengan cepat.

Aku tak sadar apa apa saat itu. Hingga suatu mimpi yang aku dapatkan di malam dimana aku sedang kritis dan koma.

Dalam mimpiku terdapat suatu tempat yang bisa aku tebak itu adalah rumah mewah ku.

Di sana ada papa, mama dan aku yang sedang bermain kejar kejaran. Terlihat menyenangkan, aku ingat moment itu di mana aku baru pertama kali bisa jalan dan lari.

Namun, saat aku terharu di rumput hijau, tiba tiba papa ku hilang dengan sendirinya. Darah di lutut mengalir dengan jernih. Mama yang ada di samping ku menangis mendapati papa dan aku terluka.

Saat itu aku tersadar kalau keluarga kami hanya tinggal dua orang. Sedih yang aku rasakan saat ini seperti suatu pisau yang menancap di dada yang membuat orang itu mengakhiri hidupnya.

Sekarang aku hanya memiliki satu harapan yang itu mungkin tak akan dapat terjadi. Harapan di mana aku menginginkan suatu keluarga yang utuh, rukun dan harmonis.

Harapan yang bisa membuatku bahagia selamanya. Perpisahan antara mama dan papa selama ini yang membuatku ingin mengakhiri hidup.

Aku tahu banyak di luar sana seorang anak yang lebih menyedihkan di banding cerita keluarga ku. Contohnya saja Raib. Dia tak tahu siapa orang tuannya, saat lahir saja dia di temukan di gerobak.

Jadi, karena perpisahan ini mama sering mengatur atur hidup ku. Dia selalu menganggap aku seperti anak kecil. Awalnya aku menanggapi hal itu sebagai suatu kewajaran.

Tapi lama lama mama mulai kasar pada ku. Yeah, ini buku diary ku yang bisa aku tulis.

Sejak itu aku jadi berharap kalau aku tidak pernah dan tidak akan berharap memiliki seorang papa yang biasanya hanya menyakiti hati keluarganya.

Sekian buku diary ku. Semoga cerita ku bisa membuat kalian terinspirasi.

TTD

SELI....

****

BAB 28

Kini hari terakhir bagi kami untuk latihan. Besok kami harus mengahadapi perang yang besar.

Latihan di hari ini cukup berat karena kami harus menyiapkan secara tepat semua kekuatan yang akan kami gunakan untuk perang di esok hari.

Raib dan Ali sudah menguasai mantera yang di berikan Tuan Wers. Kini kami tinggal menyusun berbagai rencana.

Tuan Wers setia untuk mendampingi kami berdiskusi. Kalvin dan Mis Zuliz sedang rapat di kantor Sekertaris dengan papa ku.

Selain berlatih kami juga mengajar sekolah di depan gedung sekertaris. Raib yang anti dengan anak kecil sekarang sudah mulai terbuka.

"Sel, Kquella tadinya mau ke sini." Kata Raib sambil memainkan gadget Klan Matahari.

"Terus?"

"Gak jadi. Gara gara dia harus ujian sekolah." Ucap Raib dengan raut muka sedih.

Kini Kquella dan Lay sudah di anggap Raib sebagai adik kandungnya sendiri entah karena apa.

Sedangkan kini aku sedang mencatat semua diskusi kami. Ali? Dia sedari tadi menyiapkan alat semacam kacamata yang katanya akan berguna untuk besok.

Setelah diskusi singkat kami bersama tuan Wers kami memutuskan untuk berpencar di tiga tempat sekaligus.

Aku menyerang di kota Ilios, Raib di kota Melz, sedangkan Ali di kota Rut. Kami akan membagi pasukan pasukan yang nantinya akan membantu kami bertiga.

"Oke, kalian sekarang kembali ke kamar ini waktu bebas kalian. Tapi nanti pukul 7 malam datang ke ruang diskusi lagi." Ucap Tuan Wers.

"Sel, kak Jhon udah hubungi lo?" Tanya Raib, pertanyaan Raib yang sekarang benar benar membuat enek untuk menjawab nya. Apalagi yang berhubungan dengan Kak Jhon.

"Belum."

Setelah itu Raib mematikan gadget dan earphone yang sedari melekat padanya.

"Kayaknya kak Jhon gak sekejam itu deh Sel." Kata Raib.

"Maksud mu?"

"Gak bukan apa apa. Kamu tahu benda milik Ali yang tadi getar nggak?" Tanya Raib dengan mimik wajah serius lantas menyeret ku untuk menjauh dari tempat Ali berada.

Kini kami menuju ke taman biasa kami bermain untuk membahas hubungan ku dan Kak Jhon.

"Kayaknya alat itu alat penangkal. Dan aku pernah baca suatu artikel kalau itu bergetar tandanya ada seseorang yang mengawasi kita."

"Maksud mu kak Jhon gitu?"

Raib mengangguk dengan cepat. Kini aku jadi terbawa kata kata Raib tadi. Kalau misalnya Kak Jhon masih ada perasaan dia gak mungkin mutusin aku dong.

"Kayaknya Kak Jhon di ancam seseorang."

"Udah lah Ra!!! Kak Jhon udah gak mau kali! Sama aku, jadi dia mutusin aku." Ucapku pada Raib yang membuat dirinya terdiam.

Setelah aku mengatakan itu aku langsung pergi meninggalkan Raib. Lama kelamaan ucapan Raib itu membuatku jadi sedikit depresi.

Karena bagaimana pun rasanya di putusin pacar yang lagi sayang sayang itu benar benar menyakitkan.

Apalagi dengan adanya masalah peperangan ini. Keadaan kini kian makin kacau saat Raib membahas Kak Jhon.

"Sel!!! Bakalan gue buktiin!" Teriak Raib dari belakang.