Dua hari setelah lagu ku dirilis, Boss sudah membayar gajiku sekaligus menanyakan kapan aku akan pergi ke korea.
Biaya operasi Seli juga sudah ku bayarkan, tak ada tanggungan lagi untuk membayar.
Petualangan kami kurang 3 hari lagi, banyak persiapan yang aku kerjakan dengan Ali.
Kak Jhon juga sudah pulang ke klan Bumi, kini kami hanya menunggu Seli pulih. Mis Zuliz sudah mengingatkan kami untuk istirahat yang cukup.
Perjalanan ke Klan Matahari jauh memakan waktu lama, tapi masalahnya Boss memaksa ku untuk segera pergi ke korea.
Soal pekerjaan ini orang terdekat pun belum tahu. Aku takut untuk berbicara.
"Ra? Lo kenapa?" Tanya Ali yang melihatku melamun.
Sekarang kami ada di basement Ali. Seli juga ikut.
"Eh, gak apa apa kok." Jawab ku cepat.
Kalau aku bilang sekarang bisa bisa petualangan kami gagal, dan klan leluhur Seli bisa bisa han urusan lebur.
Tringgggg!!!!!
Handphone ku berbunyi.
"Halo, Boss?" Tanya ku di handphone bisik bisik, menjauh.
"Raib, gini saja saya kasih kamu waktu sebulan untuk persiapan. Ini mumpung saya baik!"
Yah Boss udah terlanjur marah lagi. Tapi nggak apa apa, seenggaknya punya waktu untuk persiapan.
"Siapa Ra?" Tanya Seli.
Duh kenapa hari ini mereka kepo banget sih?
"Eh Sel, Li gue pergi dulu yah! Mau ke studio, udah di Tungguin." Kata ku cepat cepat ke luar basement Ali.
Aku harus konsultasi sama Kak Novi, diakan lebih berpengalaman dari pada aku, jadi semoga dia bisa bantu aku nemuin jalan keluar yang bagus.
"Eh pak tau kak Novi nggak?"
"Yah, dia udah pergi ke studio di surabaya, mungkin besok pulangnya." Jawab Pak security.
Sayang sekali, padahal aku mau tanya tanya sama dia. Di telepon? Pasti nggak jawab kan dia lagi sibuk.
"Aha! Ada Bastian, pasti dia punya saran." Ucap ku sendiri.
Walaupun Bastian mulutnya ember, tapi dia selalu punya ide yang menarik sekali.
Duh Resto rame lagi, kenapa aku selalu datang di saat yang nggak telat sih?
"Halo Ra, kan sekarang hari kamu libur.....
Belum sempat Bastian selesai ngomong banyak orang yang pesan.
"Ra, duduk dulu yah masih banyak kerjaan." Kata Bastian.
Kalau di lihat lihat tampilan Bastian sangat keren. Tapi entahlah.
"Ra, maaf yah udah nunggu lama. Mau ngomong apa tadi?" Tanya Bastian.
"Nih, lap dulu keringat lo." Suruh ku sambil menyerahkan sapu tangan.
Bastian menerimanya dengan senyum senyum. Omong omong aku sama Bastian kenal udah lumayan lama sebenernya.
"Yan, kalau gue pergi jauh menurut.... lo.... gimana?" Tanya ku gugup.
Bastian tak langsung menjawab pertanyaan ku, dia mulai menggenggam tangan ku.
Aku hendak melepaskannya tapi, dia memegang tangan ku sangat erat.
"Lo, gak boleh pergi." Bisik Bastia.
Bisikan bastian membuatku merinding. Ada apa dengannya kali ini?
"Gue belom selesai ngomong!" Ucap ku saat Bastian mau pergi.
Bastian mendengar kan ucapan ku, lalu dia kembali.
"Bas, gue gak bercanda kali ini, gue.... Gue.... Ada kerjaan.... di Korsel."
"Hah?!! Lo beneran Ra? Kok bisa! Pokoknya lo gak boleh pergi!" Bentak Bastian.
"Gue harus pergi." Kata ku padanya.
"Ra. Kalau lo pergi ke Korsel teman teman lo, keluarga lo, sama gue.... gimana?" Tanya Bastian.
Kali ini Bastian menunjukkan ekspresi serius.
"Yah nggak gimana mana.... Gue cuma 4 tahun kok." Jawab ku sambil memandang wajah Bastian.
"Ra, empat tahun itu lama! Gue.... Gue... nggak kuat." Kata Bastian.
"Maksud lo?"
"Gue....
Brak!!!!
"Aduh! Ali!! Pelan pelan dong. Motornya jatuh kan!" Kata seseorang.
Belum sempat Bastian menyelesaikan kata katanya. Ali dan Seli tiba tiba datang ke Resto.
Biasa si Ali pembuat onar itu menyenggol sepeda motornya sendiri.
"Ra!" Teriak Seli.
Aku mendekati Seli tanpa menghiraukan Bastian.
"Yan! Kenapa lo jadi egois sih?" Kata sebelum meninggalkan nya.
Kedatangan Seli sama Ali, membuatku nggak bisa cerita ke siapa siapa. Yah mau gak mau harus nunggu Kak Novi balik ke Malang.
"Kalian ngapain ke sini?" Tanya ku pada Ali dan Seli.
"Oh, itu...Ali ngajakin gue kesini. Ra." Jawab Seli takut.
"Sel, mending sekarang lo istirahat di rumah. Li! Anterin Seli sama!" Suruku pada mereka.
Mereka pun pergi dari Resto.....
Gue juga mau balik. Karena Bastian gak sependapat sama aku. Lagi pula hari ini hari libur ku. Aku harus memanfaatkannya dengan baik.
Sebenarnya nanti sore, aku harus balik ke studio. Katanya sih ada meeting apaan dah tuh! Terus malamnya harus ke sekolah.
Ada kakak kelas yang ngajakin ketemuan. Yah, katanya sih dia butuh aku untuk bikin mading 3 dimensi.
Setelah perjalanan dari Resto, aku sampai di rumah. Oh yah, akhir akhir ini aku jarang sekali ketemu Kalvin. Biasanya saat saat ada acara petualangan kayak gini, Kalvin ada di sini.
"Ra! Di sini." Teriak salah satu kakak kelas.
Kakak kelas yang mengajak ku untuk membuat mading adalah Kak Pristin, kakak kelas, kelas 11 ini ngajakin buat mading tiga dimensi.
Sebenarnya beruntung juga sih aku bisa di percayai banya kakak kelas, tapi karena kepercayaan itu aku jadi susah ngomong jujur biasanya sama kakak kelas.
"Eh, Kak kita mau bikin apa nih?" Tanya ku pada Kak Pristin.
"Tunggu yah, nunggu Kak Rosa." Jawab Kak Pristin.
Yah, Kak Rosa ketua OSIS baru di sma kami, lumayan galak, tapi saat kalian dekati dia dan ngomong baik baik dia bakalan ngerespon dengan baik.
Oh, yah ngomong omong aku juga ikut kegiatan osis sebenarnya itu juga di paksa sama mis Zuliz. Tapi yah udah terlanjur masuk dan mendapat kepercayaan tinggi jadi aku takut kalau mau ngomong keluar.
"Nah itu Kak Rosa. Tumben telat." Kata ku sambil menunjuk Kak Rose yang sedang memarkir sepeda motornya.
Dan satu lagi kak Rosa terkenal banget sama fashion yang dia pakai sehari hari, kalau dilihat lihat mirip model di majalah majalah fashion. Bahkan hampir setiap hari dia selalu gonta ganti sepeda motor juga. Jadi iri.
"Eh Raib, dia juga ikut?" Tanya Kak Rosa sambil menunjuk aku.
"Iya, lumayan dia kan bisa gambar tuh, jadi dia bisa bantu kita banyak." Jawab Kak Pristin.
Aku pun tersenyum anggun pada Kak Rosa. Namanya juga kedua OSIS jadi harus benar benar di hormati.
Kak Rosa pun mulai menjelaskan tentang tema dan tujuan kami membuat mading. Bahkan dia memiliki visi dan misi yang amat jelas.
Memang SMA kami sangat hebat dalam memilih ketua osis, tak hanya cantik dan modal visual juga otak Kak Rosa yang super duper encer.