Chereads / AYUMNA / Chapter 10 - 10. Biangkerok

Chapter 10 - 10. Biangkerok

Di sudut pojok caffe ada tiga remaja yang kini tengah duduk melingkar, saling melirik satu sama lain, oh lebih tepatnya dua di antara ketiga remaja itu tengah melirik satu sama lain, memperhatikan orang yang kini berada di depan mereka dengan penuh tanda tanya, yang tengah melamun memikirkan masalah yang menimpanya.

"Semua orang itu punya masalalu, elo gak boleh benci sama orang cuma gara-gara masa lalu nya, terlebih lagi lo itu salah paham ka, dan egoisnya elo gak mau dengerin kata orang. Gue tau niat lo baik sama gue, gue tauu ka, tapi yumna gak tau apa-apa sama masalah ini. Yumna gak pernah ninggalin gue, tapi gue yang udah nyuruh dia pergi tanpa dia sadari."

"Apa ada yang gue gak tau ya sama masalah ini? Gue salah paham? Gue egois? Sikap yumna sahabat gue beda sama sikap yumna sahabat risa, apa yumna sahabat gue sama yumna sahabat risa itu beda? Tapikan yumna sendiri yang bilang kalo dia itu sahabat risa, dan sahabat risa satu-satunya ya cuma una " perkataan risa beberapa jam lalu dan pertanyaan-pertanyaan yang timbul di benak raka sungguh membuat pusing.

Brak.

"Aaaaaaaaa" geprakan meja yang di buat yoga dan pekikkan raka membuat mereka menjadi pusat perhatian di caffe itu, sedangkan adit menelusupkan kepalanya di kedua lipatan tangannya seraya bergumam "ada karung gak, karuuuuung."

Raka dan yoga tersenyum canggung ke arah orang-orang yang memperhatikan mereka, lebih tepatnya sih malu.

"Woy, ngapain sih lo pake teriak-teriak segala. Kaya si yumna lo lama-lama, teriak-teriak begitu, mana cempreng lagi suaranya" sengit yoga seraya menoyor kepala raka.

"Lo juga ngapain pukul-pukul meja" ucap raka seraya menoyor balik kepala yoga.

"Udah-udah, ribut mulu lo berdua, bikin malu gue aja" ucap adit menengahi keduanya.

Kini adit memfokuskan pandangannya ke arah raka "ka, gue tau segimana bencinya lo sama una, tapi yumna tetep sahabat kita, kita sama yumna sahabatan lima tahun, dan lima tahun itu lo sama yumna gak pernah berantem sampe berminggu-minggu kaya gini, apalagi permasalahan kalian ini cuma karena masa lalu" adit dan yoga sudah tau permasalahan raka dan yumna, siapa lagi yang menceritakan nya kalo bukan raka, itu pun di paksa oleh adit dan yoga untuk bercerita, setelah tragedi yumna dan raka berpapasan tanpa bertegur sapa di koridor kampus waktu itu, yang tadinya akan bertanya kepada caca mengenai masalah ini, tetapi malah mendesak yang mempunyai masalah untuk bercerita.

"Bisa lah masalah lo sama yumna di selesaikan baik-baik, lo juga punya masalalu, gue punya, adit punya, yumna punya, dan semua orang punya. Semua juga orang bisa berubah ka" timpal yoga "ibarat jaman nabi nih, orang berubah dari masa jahiliah ke masaaaaaaaaa" tampak yoga yang tengah berfikir "masa apa ya waktu itu yumna bilang-"

Tak.

"Awwww" pekik yoga karena mendapat jitakkan dari raka.

"Gaya lo, dah kaya ustadz aja."

"Bhahahaha, tau lo ga" timpal adit terkekeh melihat keributan kedua sahabatnya.

"Yeh, siapa tau aja tar gue jadi ustadz, kata yumna juga-"

"Lo lama-lama kaya bocah cilik yang dulu viral itu lo" raka memotong ucapan yoga "yang suka ngomong kaya gini, kata bapak tebe " sambung raka menirukan gaya bicara anak kecil.

"Bhahahaha, bener-bener, bedanya tuh anak kecil kan bilangnya KATA BAPAK, lah si yoga KATA YUMNA" ucapan adit mengundang tawa raka dan wajah malas yoga.

"Sue lo berdua" kesal yoga.

"Bhahahahhaaha" tawa adit dan raka menyita perhatian orang-orang, bahkan yoga kini ikut tertawa karena kekonyolan-nya.

"Sebenernya gue juga cape sih diem-dieman kaya gini" ucap raka setelah menghentikan tawanya.

"Yaudah kalian baikan aja, ribet amat sih" ucap yoga santai, sedangkan adit hanya mendengarkan keduanya dengan duduk santai setelah tertawa tadi.

"Haaaaah" terdengar helaan nafas panjang dari mulut raka yang kini tengah bersandar sambil memijat pangkal hidung-nya, di tambah dengan denyutan di kepala membuatnya begitu pusing.

"Oh iya, lo kok gak bilang sih kalo risa dah balik?" tanya yoga.

"Tau lo, gue kaget tau pas tadi ke ruang dosen ngeliat risa, gue kira cuma mirip" ujar adit.

"Kan biar surpriseeee" jawab raka dengan gaya alay nya.

Tak.

Tak.

"Makan noh surprise" ucap adit dan yoga kompak setelah menjitak kepala raka dari sisi yang berbeda.

"Berkurang nih ketampanan gue di jitakin mulu" raka mengusap kepala nya itu sambil menatap kedua sahabatnya dengan sinis.

"Aduh mel, sering-sering deh lo teraktir kita kaya gini" suara gadis yang baru duduk dengan kedua temannya di tempat yang tak terlalu jauh dari posisi raka, yoga, dan adit duduk itu menyita perhatian raka, yoga, dan adit ke arahnya.

"Ini serius kita di teraktir nih?" tanya salah satu dari mereka yang bernama rena kepada orang yang di banggil mel itu.

"Iyah serius, udah kalian makan sepuasnya, gue lagi seneng karena bisa bikin yumna sama raka berantem" jawaban gadis yang di panggil mel itu membuat raka, yoga, dan adit yang sedari tadi menguping pembicaraan meraka, merasa sangat marah sekaligus kesal, tapi nampak nya orang-orang yang duduk tak jauh dari meraka itu tak menyadari bahwa dirinya sedang di perhatikan.

"Tapi gue penasaran deh, apa sih yang udah lo lakuin sampe raka segitu marahnya sama yumna, padahalkan selama ini lo selalu gagal buat misahin mereka" tanya mega.

"Ya gue jebak lah" jawab gadis itu santai "jadi minggu lalu itu pas kejadian di mana cewe yang namanya risa itu pingsan gue jebak yumna dengan nyuruh orang buat bilang sama raka kalo yumna yang udah buat si risa-risa itu pingsan, karena gue tau kalo gue yang ngomong raka gak mungkin percaya, tapi untungnya gue pinter, sebelum gue ngomong gue udah nyuruh orang buat jadi saksi kalo yumna yang udah bikin si risa itu pingsan" jawab gadis itu bangga.

Tiba-tiba raka teringat dengan kejadian minggu lalu saat dirinya bertanya kepada yumna soal risa pingsan dan tiba-tiba ada orang yang menuduh yumna bahwa yumna lah yang membuat risa pingsan.

"Wooow hohoh, jadi amel biangkerok nya" ucapan yoga barusan membuat raka semakin marah.

Adit menahan pergelangan tangan raka, yang ingin beranjak menghampiri amel dan teman-teman nya "jangan gegabah ka, gue ngerasa amel belum puas sama semua ini, kita liat dulu apa yang bakal dia lakuin lagi."

"Bener tuh ka, jadi yumna gak salah, dia sama sekali gak dorong risa waktu itu, mending lo minta maaf deh sama dia, dan soal masa lalu itu lo lupain aja lah, toh udah berlalu gak bakal ke ulang lagi" ujar yoga.

Raka berdiri meninggalkan caffe tanpa di ketahui oleh amel dan teman-temannya karena posisi mereka yang tidak menghadap jalan menuju keluar caffe, sementara yoga dan adit keduanya bernafas lega karena permasalahan persahabatan nya ini akan berakhir, kemudian keduanya beranjak menyusul raka.

"Keren sih, lo nyuruh orang buat jebak yumna, tapi efeknya luar biasa" timpal rina, mendapati anggukkan dari mega dan seyuman miring dari amel.

"Gue belum terlalu senang sama semua ini, gue pengen lo menderita dulu yumna, gue pengen lo malu" batin amel, sementara kedua temannya tengah makan begitu lahap.