Chereads / AYUMNA / Chapter 12 - 12. UnaIca Berbaikan

Chapter 12 - 12. UnaIca Berbaikan

Taman belakang kampus adalah tempat yang pas untuk Yumna saat ini, duduk di kursi kayu seorang diri menikmati indahnya pemandangan di depannya. Tak terbesit di pikiran nya tentang kejadian hari ini, di jauhi untuk kesekian kalinya, dan di tinggalkan untuk kesekian kalinya juga.

"Ditinggal lagi gue kaya dulu," Batinnya bersuara.

Yumna menggelengkan kepalanya menyanggah pemikiran itu, "Astaghfirullah, ngomong apa lo ay, lo tuh gak pernah sendiri, Allah selalu di sisi lo," Batinnya kembali berucap.

Terasa ada pergerakan di sisinya, tak membuat dirinya bergerak untuk sekedar melirik siapa yang duduk di sisinya.

"Una, lo gak papa?" Risa meringis, merutuki mulut nya ini, mengapa ia bertanya sementara ia tau jawabannya.

Senyum kecut Yumna perlihatkan, "Gue pernah di posisi ini ca," ia menatap orang di sampingnya, "Jadi gue tau sakitnya kaya gimana."

Tak ada balasan dari orang di sampingnya, Yumna membali menatap danau, "Dulu lo satu-satunya orang yang selalu ada buat gue, di saat orang-orang ngejauh dari gue."

"Tapi gak lama lo juga pergi ninggalin gue. Gue kecewa tapi gue harus apa? " Terlihat wajah Yumna yang begitu pasrah, sementara Risa masih tak bergeming.

Beberapa saat keduanya diam hingga Yumna kembali bertanya.

"Apa dulu lo pergi karena lo sakit, ca?"

Risa tak langsung menjawab, hingga beberapa detik baru ia menjawab, "Iya," Jawabnya lirih, tak berani menatap Yumna.

Smirk Yumna perlihatkan, "Gue kurang baik yah jadi sahabat? Sampe lo gak mau cerita atau sekedar kasih tau gue kalo lo itu sakit," Risa menatap yumna seraya menggeleng kan kepala membantah ucapan Yumna.

"Gak gitu na," Risa berusaha meraih tangan Yumna tetapi tepisan halus yang ia dapat.

"Dengerin penjelasan gue," tutur Risa.

Yumna berusaha agar tidak bersitatap dengan Risa, juga berusaha menahan genangan air di pelupuk matanya.

"Gue emang gak bilang sama siapa-siapa kalo gue sakit na, jangankan elo, om gue aja gak gue kasih tau."

"Separah apa sih sakitnya? Sampe lo tutupin rapat-rapat sakit lo itu?" batin Yumna bertanya.

Yumna menatap Risa, "Terus sebelum lo pergi, gue masuk rumah sakit gara-gara lo kasih gue obat pencuci perut, itu maksudnya apa? Gue gak percaya kalo lo ngelakuin itu karena lo gak terima gue rebut posisi lo waktu itu."

Helaan nafas Risa keluarkan sebelum menjawab pertanyaan itu, "Lo tau mak lampir Anggi, dia yang nyuruh gue buat kasih lo obat pencuci perut, supaya lo gak jadi lomba waktu itu," Risa sewot, ia sedikit kesal jika mengingat kejadian itu.

"Anggi?"

"Iya si Anggi, yang suka cari ribut sama lo itu," ujar Risa.

Kedua mata Yumna tertutup begitu rapat, mengingat-ngingat dalam pikirannya, tentang Anggi, seraya bergumam nama Anggi berulang kali.

"Oooh," Mulut Yumna membulat dengan mata berkedip lucu setelah mengingat si apa itu Anggi, "Si Anggii."

"Kenapa lo gak nolak?" tanya Yumna menatap serius Risa.

Kini mata Risa yang berkedip lucu "Una gue tinggal lima tahun kenapa makin aneh dah? Tadi nangis gak mau di sentuh, sekarang natap gue serius sambil pegang tangan gue," hati Risa bersuara.

"Gu-Gue gak tau dia tau dari mana kalo gue sakit, yang jelas dia ngancem gue bakal kasih tau lo kalo gue itu sakit, kalo gue gak nurut apa kata dia."

"Terus?"

"Ya-ya gitu, lo masuk rumah sakit gara-gara obat pencuci perut, terus..." terlihat Risa sedikit ragu untuk melanjutkan ucapannya.

"Terus apa?" desak Yumna.

"Pa-pas lo lagi di periksa dokter, sakit gue kambuh dan saat itu semua orang tau kalo gue sakit, om gue, nyokap bokap lo," cicit Risa.

"bonyok gue tau lo sakit? Tapi mereka gak ada bilang ke gu-"

"Gue yang suruh na, gue suruh bonyok lo jangan bilang ke elo kalo gue sakit," potong Risa cepat.

"Kenapa?"

"Gue gak mau lo khawatir sama gue," jawaban Risa membuat Yumna cengo, mulutnya terbuka menatap Risa tak percaya. Alasan tak masuk akal, kata itu yang terlintas di pikiran Yumna setelah mendengar jawaban Risa.

"Mingkem na, lalat masuk," tangan Risa terulur menutup mulut Yumna yang terbuka itu, seketika Yumna tersadar dengan ekspresi wajahnya.

"Ck, rese lo," kesal Yumna mengalihkan matanya ke arah danau, di iringi dengan tawa kecil Risa.

"Perusak suasana," batin Yumna berucap.

keheningan tercipta untuk beberapa saat, hingga Yumna kembali membuka suara, "Lo sakit apa?"

Risa meringis kecil, pertanyaan ini yang sedari tadi ia takutkan keluar dari mulut Yumna.

"Heh, lo sakit apa ca?" Yumna menyenggol bahu Risa.

"Ii-itu apa ee itu-"

"Aeae, apa sih?" tanya Yumna geram.

Risa menggaruk kepalanya yang tak gatal "Ituu-"

"Apa?"

"Gondok," Jawab Risa sepontan.

"Hah? Gondok?"

"Iiyah gondok," Risa meringis, dalam hati merutuki mulutnya ini yang selalu asal ngomong ini.

Yumna menatap Risa dengan curiga, sentara Risa berusaha menahan kegugupan nya.

"Oooh, gondokkan lo parah yah? Sampe harus berobat ke luar negeri?"

"Iyah... Aww," Risa mengucap tangannya yang terasa panas itu, "Kok lo nyubit sih un," Pekik Risa meminta penjelasan atas perlakuan Yumna yang menyubit tangannya.

"Masih mending yang gue cubit tangan, bukan mulut lo" Sembur Yumna, membuat Risa merenggut sebal.

"Ica, lo itu gak pernah gondokkan, jadi gak usah boong. Lo sakit apa?" Tanya Yumna geram, sedangka risa masih memilih bungkam.

"iiiiihh, Ica jawab do-"

"Lemah jantung."

Hening, hingga beberapa menit kemudian terdengar suara Isak tangis.

hick...hick...

"Na," Risa mengusap bahu Yumna yang bergetar, pertanda ia tengah menangis, Yumna menggunakan kedua tangannya untuk menutup wajahnya, "Gue udah sembuh, gue udah sembuh total."

"Kenapa lo sama sekali gak ngasih tau gue ca hick..,"

"Gue kan udah bilang gue gak mau lo sedih, udaah ah lo jangan sedih lagi, cup-cup," Risa menghapus air mata Yumna.

"Maafin gue icaaa," ucap Yumna.

"Gue juga minta maaf."

Risa tersenyum menatap Yumna, lantas keduanya berpelukkan, "Gue kangen sama lo Ica," Yumna memeluk Risa begitu erat, begitupun sebaliknya.

"Gue juga kangen sama lo."

Keduanya melepas pelukan itu lantas tertawa bersama.

"Oh iya, Raka?"

"Waktu itu dia salah paham," jawab Risa cepat seakan tau apa pemikiran Yumna.

"Salah paham gimana?"

"Raka itu nyangkanya lo yang ninggalin gue karena gue sakit, padahal kan gue yang ninggalin lo buat berobat. Gue udah coba jelasin tapi kepalanya keras, gak mau dengerin gue."

"Sama kaya lo, sama-sama keras kepala," seloroh Yumna.

"hehehe," cengir Risa.

Hening, keduanya diam sibuk dengan pikiran masing-masing, lebih tepatnya ketiganya diam karena tanpa Yumna dan Risa sadari ada seseorang yang menguping pembicaraan mereka di balik pohon dekat kursi yang sedang mereka duduki itu.

orang di balik pohon itu beranjak pergi dari sana dengan perlahan, tanpa menguping lebih lanjut. Ia cukup kaget dengan fakta ini, karena keras kepalanya yang lebih dominan membuatnya salah paham selama lima tahun terakhir ini, ada rasa bersalah yang teramat besar kepada sahabatnya itu,"Sorry ay," gumamnya kecil.

"Un."

"Ya?" Yumna melihat ke sampingnya mendapati Risa yang juga tengah menatapnya.

"Lo berubah."

"Berubah gimana?"

"Ya berubah, tapi gak semua sih," Risa tak lagi menatap Yumna, matanya ia alihkan menatap danau, "Yang lebih mendominasi itu penampilan lo, lebih tepatnya hijab yang lo pake," Risa kembali menatap Yumna dengan senyum tulusnya.

Yumna sendiri terkekeh mendengar penuturan Risa, "oh iya, baju terkorak lo, lo kemanain?" Yumna menaik turunkan alisnya mennggoda Risa.

"Gak usah rese deh lo," Risa menatap sinis Yumna, senyuman tulus sudah sirna dari bibirnya,"Faktor lingkungan yang maksa gue pake baju begini, dan juga ini," Risa angkat kakinya berusaha menunjukkan high heels yang ia pakai, wajahnya tertekuk bibirnya maju beberapa senti, melihat Yumna yang kini tengah tertawa keras, menertawakan dirinya.

Tawa Yumna tak kunjung reda, ia cukup terkejut dengan perubahan penampilan Risa saat kembali bertemu di mall waktu itu, pasalnya yang Yumna tahu sahabatnya yang lima tahun berpisah ini, tidak menyukai apa yang ia pakai sekarang.

"Udah dong ketawa nya, bahagia banget kayaknya lo," ketus Risa.

"Oke oke," Yumna berusaha meredakan tawanya,"Sini-sini peluk."

Mendapat rentangan tangan dari Yumna, Risa tak menyia-nyiakan kesempatan itu, ia menyambut rentangan itu dengan senyuman yang menghiasi wajahnya,"Karena sejujurnya ia masih merindukan sahabatnya kecilnya ini."

Keduanya berpelukan begitu erat, "Gue tanya jangan yah? Nanti aja deh gue gamau ngerusak momen ini," batin Yumna berucap, ia mengeratkan peluk itu dengan senyuman yang menghiasi wajahnya sedari tadi.