Anin memasuki kamarnya. Ia membaringkan diri di ranjangnya dan menangis sejadinya.
"Hiks... Hiks.... Gak! Gue gak mungkin suka sama Hanan! Gak mungkin!" bantah Anin dengan tangisnya.
Kemudian ia teringat akan kata-kata Arya dan Ali.
"Lo salah banget nin kalau lo ambil keputusan ini. Gue harap lo gak nyesel nantinya waktu dia ngejauhin lo." Ali.
"Nin, kesempatan hanya datang sekali. Maka sekali aja lo sia-siain, lo gak akan pernah bisa dapetin kesempatan yang sama lagi." peringat Arya.
Perkataan Ali dan Arya slalu berputar di otaknya.
"Hiks... Kenapa gue kayak gini sih? Hiks... Hanan, lo dan gue belum saling memiliki, tapi lo udah berhasil buat gue sekacau ini. Lo berhasil nan!! Lo berhasil!! Hiks...." Anin semakin menangis.
Drrrrrrtttttt...
Ponsel Anin berdering menandakan panggilan masuk. Ia pun mengabaikan dan kembali terisak. Namun, handphonenya terus saja berdering.
"Ihhh!! Siapa sih?!" gerutunya Anin. Ia pun mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya.
Arga is calling you....
"Arga..." gumamnya. Ia pun segera mengangkat telepon tersebut.
'Anin...!!' ucap Arga dari sebrang telepon.
Anin pun berusaha menetralkan suaranya agar tak terlihat bahwa ia baru saja menangis.
"Iya?" tanya Anin singkat.
'Kamu kenapa gak ke rumah aku? Katanya kamu mau rawat aku sampai sembuh.'
Anin menepuk keningnya sendiri.
"Duhhh lupa kan.." gumam Anin sedikit menjauhkan ponsel itu. Ia lalu kembali mendekatkan ponselnya.
"Eh iya maaf tadi aku ada kelas tambahan."
'Sekarang udah selesai kan?'
"I-iya ga udah.."
'Ke rumah aku sekarang!'
"Selesai zuhur aja ya ga.. Nanggung sejam lagi."
'Sekarang Anin!' ucap Arga meninggikan suaranya.
"I-iya yaudah.." pasrah Anin.
'Aku tunggu!'
Tut!
Anin langsung memutuskan sambungan. Ia menghembuskan nafas berat.
"Lagi-lagi gue harus hidup dengan aturan orang lain. Kapan sih gue bisa hidup bebas?" monolog Anin sedih. Ia lalu teringat akan setiap kenangan bersama Hanan.
"Hanan gak pernah ngekang gue. Gue kangen sama lo nan... Maafin gue yang udah nyakitin lo..." lirih Anin.
........
Radit tengah mengerjakan sesuatu di laptopnya. Lalu, pembantunya datang.
"Mas, itu di luar ada tamu." ucapnya.
"Siapa?"
"Perempuan. Gak tahu namanya siapa."
"Yaudah suruh tunggu aja. Sebentar lagi saya ke sana."
"Baik mas."
Pembantu Radit pun pergi.
"Siapa ya perempuan yang bertamu ke rumah gue?" gumam Radit lalu segera mungkin menyelesaikan pekerjaannya yang ada di laptopnya. Setelahnya, ia menutup laptop itu dan menuju ruang tamu.
.......
"Makasih udah anterin saya ke sini. Kamu jangan lupa awasi dia terus. Jangan sampai sesuatu terjadi padanya." ucap Hanan pada sopirnya.
"Sama-sama bos. Semoga bos baik-baik aja ya di sana."
"Aamiin... Tolong jagain dia karena saya sudah tidak bisa lagi menjaganya." mohon Hanan.
"Tentu bos tentu... Bos jangan khawatir."
"Thanks ... Saya pamit." Hanan pun ke luar dari mobil dan melangkahkan kakinya memasuki bandara.
"Saya harap kamu selalu bahagia meskipun tanpa ada saya di sisi kamu..." gumam Hanan.
.....
"Kamu?!" ucap Radit saat mengetahui siapa tamu yang datang.
"Hai pak Radit??" ucapnya dengan senyum jahil.
"Ngapain kamu ke rumah saya?!" tanya Radit tak suka.
"Saya ada kabar baik lho buat bapak.."
"Jangan main-main Vio! Katakan!" ucap Radit malas. Yaps, tamunya adalah Vio.
"Ihhh serius ini pak... Ini tentang Anin."
"Apa beritanya?"
"Jadi, kemarin itu waktu aksi, Polisi itu dipukulin sama orang Ali, Arya, Jeno dan ternyata si Jeno itu oknum provokator pak. "
"Lalu, kabar baiknya apa? Polisi itu terluka, lalu mereka akan semakin dekat, begitu kabar baiknya?"
"Eh bukan pak... "
"Lalu apa?"
"Jadi, pacar si Anin yang dulu alias mantannya. Itu kan dulu juga polisi, nah nasibnya itu hampir sama kayak si Hanan tapi bedanya yang dulu itu difitnah parah banget bahkan dia sampai diputusin sama Anin dan kehilangan pekerjaannya. Terus mantannya itu depresi pak, nah jadi si Anin susulin mantannya ke rumahnya. Saya dengar-dengar sih mereka balikan pak."
"Kabar baik macam apa itu Vio?! Kamu menghina saya?!" kesal Radit.
"Wkwkk santai pak... Jadi kan aku dengar Anin udah gak dekat lagi sama Hanan, nah jadi bapak bisa deketin Anin."
"Dia sudah kembali dengan mantannya. Bagaimana bisa saya merebutnya?"
"Ya bisa. Pacarnya Anin itu overprotektif, nah bapak kan bisa manfaatin ini. Sering-sering aja hubungi Anin via chat gitu tanya-tanya apa gitu, kayak kasih perhatian, ntar juga lama-lama luluh."
"Ide kamu kurang menarik. Lebih baik kamu pulang. Saya ada banyak sekali pekerjaan yang harus saya selesaikan." ucap Radit.
"Aih si bapak gak enak ah.."
"Pulang VIO!" Bentak Radit.
"Iya pak yaudah..." Vio pun pulang dengan kesal.
"Selalu saja membuat saya kesal. Murid kurang ajar." gerutunya Radit. Ia lalu memikirkan ucapan Vio tadi.
"Anin dan Hanan renggang karena Anin balikan dengan mantannya? Seperti apa sih mantannya? Bagaimana pun caranya gue harus berhasil merebut Anin! Duhhh lusa bonyok pulang lagi. Mati gue!" umpat Radit.
......
Anin memarkirkan mobilnya di halaman rumah Arga. Ternyata, Arga sudah menunggunya di depan.
"Dari mana aja kamu?!" selidik Arga.
"Aku dari rumah ga.."
"Jangan bohong!" bentaknya.
"Aku bohong apa sih?! Aku beneran dari rumah ga.."
"Lo bohongin gue soal kelas tambahan ya!" bentaknya yang kini menggunakan kata 'Lo-Gue'.
"Arga..." lirih Anin tak percaya saat Arga terus membentaknya bahkan kini tidak dengan kata-kata yang biasanya.
"Lo kemana aja selama sejam ha?!" bentak Arga tanpa memedulikan wajah Anin yang sudah memerah.
"Aku gak bohong..."
"Gak usah bohong! Kasih tahu gue atau gue yang cari tahu semuanya sendiri!"
"Apa sih?! Aku memang gak bohong. Aku bohong apa?"
"Lo masih mau ngelak?!"
"Aku gak ngerti ya kamu ngomong apa. Aku sama sekali gak bohongin kamu."
"Lo yakin lo gak bohongin gue?! Di koridor kampus!"
Deg!
Anin langsung mengingat kejadian antara ia dengan Ali dan Arya.
"Diem kan lo!" ucap Arga lagi.
"Ga, ki-kita cuma bahas tugas. Gak lebih."
"Gue tahu semuanya! Lo gak usah ngelak lagi Anindya Putri Aisyah!"
"Ga..." lirih Anin.
"Apa?! Lo bahas cowok lain di belakang gue! Lo suka sama polisi itu?! Iya?!"
"Gak gitu ga... Kamu kenapa sih?"
"Gue gak suka ya kalau lo ngobrol sama mereka lagi atau cowok siapa pun! Apa lagi pembahasan kalian adalah polisi sialan itu!"
"Kamu jangan ngomong gitu dong..."
"Apa?! Mau belain dia?! Jadi bener lo suka sama polisi itu?! Bener?!"
"Enggak ga... Kamu jangan salah paham gini dong.."
"Awas aja kalau sampai gue tahu lo suka sama dia!"
"Aku datang jauh-jauh ke sini, capek-capek pulang kuliah, tapi pada saat aku di sini, kamu malah kayak gini." ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
"Apa?! Gak ikhlas?! Yaudah balik!"
"Kok kamu gitu sih ga?? Hiks..." Anin terisak.
"Gak usah cengeng!"
"Kamu berubah ya... Kamu ... Hiks..." Anin akan melangkah pergi sebelum tangannya dicekal oleh Arga.
"Maaf..." ucap Arga. Anin yang masih membelakanginya pun hanya menangis.
"Maafin aku nin..." ucap Arga menyesal. Anin tetap diam dalam tangisnya.
"Aku minta maaf... Aku seperti ini karena aku takut kehilangan kamu lagi.." Arga menarik Anin ke dalam pelukannya. Anin hanya diam.
"Aku takut kehilangan kamu... Tolong ngertiin aku ... Aku sayang banget sama kamu." ucap Arga lagi .
"Aku maafin.." balas Anin pasrah.
Arga melerai pelukan keduanya.
"Makasih karena kamu mau maafin aku... Aku mohon jangan pernah memikirkan pria lain apa lagi berniat meninggalkan aku. Kamu tahu kan.? Aku bisa kehilangan apa pun, tapi aku gak bisa kehilangan kamu." ucap Arga.
'Aku gak tahu ga... Perasaan aku ke kamu udah beda tapi aku juga gak bisa ninggalin kamu. Aku gak tahu kenapa perasaan aku seperti ini..' Batin Anin.
"Iya ga... Udah, lupain semuanya." ucap Anin.
"Sekali lagi makasih... Kamu adalah yang terbaik yang pernah aku miliki." ucap Arga menatap dalam Anin.
Hola!!
Guys!! Gimana sih rasanya nulis cerita love story tapi kamu nya sendiri jomblo?
Rasanya hmmmmm...
Btw, thank you guys untuk supportnya!!
Author gak akan pernah lupa❤