'Sejauh mana pun kita dipisahkan, jikalau takdir kita adalah bersama, maka kelak Allah akan kembali menyatukan kita dalam ikatan halal.'
~Hanan~
Anin baru saja selesai kelas. Vio tak hadir hari ini tanpa keterangan. Anin pun berjalan melewati koridor sendirian.
"Anin!" teriak seseorang dari belakang. Anin pun menoleh ke sumber suara.
"Ali, Arya?" gumam Anin. Ali dan Arya pun berjalan ke arahnya, hingga kini posisi mereka sejajar.
"Nin.." ucap Arya.
"Kenapa Ar?" tanya Anin.
"Gue mau minta maaf ya soal kemarin. Gue beneran gak maksud buat mukulin itu polisi nin... Gue sama Ali dikomporin sama Jeno buat mukulin dia." ucap Arya.
"Iya nin bener... Kita sama sekali gak berniat mukulin dia.. Tolong maafin kita ya nin.. Jangan laporin kita nin.. Kita mohon.." ucap Ali.
Anin terdiam. Perkataan mereka sontak membuatnya teringat akan Hanan.
Perlahan tapi pasti, air matang mengalir begitu saja.
"Lho, lo kenapa nangis nin?" tanya Arya cemas. Tersadar akan air matanya yang telah mengalir, Anin segera menghapusnya.
"Gak kok.. Gue gak apa-apa." ucap Anin tersenyum menutupi kesedihannya.
"Polisi itu gimana nin?" tanya Ali.
"Maaf ya Ar, li, gue gak tahu. Gue udah gak ada urusan sama dia. Tapi kemarin gue udah sempat obatin lukanya kok." ucap Anin.
"Kenapa nin? Bukannya lo deket ya sama dia?" tanya Arya. Anin menggeleng.
"Gak kok.. " Elak Anin.
"Lho, gue kira kalian pacaran.." Ali.
"Gue udah balik ke Arga.." ucap Anin lirih.
"Kok bisa sih nin?" Arya.
"Gue mau tebus semua kesalahan gue sama dia Ar.. Gue yang udah buat dia kayak gitu jadi gue harus tanggung jawab." Anin.
"Tapi nin, gak dengan mengorbankan perasaan lo juga." Arya.
"Gue masih mencintai dia dan gak ada perasaan yang dikorbankan di sini." Bantah Anin.
"Apa lo pernah mikirin perasaan polisi itu? Dia suka sama lo nin!" ucap Ali .
"Cinta gak harus memiliki li." Anin.
"Lo salah banget nin kalau lo ambil keputusan ini. Gue harap lo gak nyesel nantinya waktu dia ngejauhin lo." Ali.
"Dia udah pergi.. Mulai detik itu." ucap Anin menahan tangisnya.
"Lo nyakitin perasaan dia nin. Ini yang lo bilang gak ada perasaan yang dikorbankan? Lalu, gimana perasaan dia nin?! Gimana?!" tegas Ali.
"Udah li cukup! Gue tahu mana yang terbaik buat gue dan mana yang enggak. Mungkin garis kehidupan gue memang seperti ini." pasrah Anin.
"Nin, kesempatan hanya datang sekali. Maka sekali aja lo sia-siain, lo gak akan pernah bisa dapetin kesempatan yang sama lagi." peringat Arya. Keduanya pun pergi meninggalkan Anin yang terdiam. Sepergian mereka, Anin menangis. Ia segera berlari memasuki mobilnya.
"Hiks... Hiks.... Apa bener keputusan yang gue ambil salah? Hiks... Kenapa gue sekacau ini sih?! Kenapa?! Hanan lo udah berhasil buat gue sehancur ini! Gue gak pernah seperti ini sebelumnya. Waktu gue putus sama Arga, gue gak sehancur ini tapi kenapa gue harus merasakan kehilangan dan hancur sebelum kita benar-benar bersama dan saling memiliki nan?! Kenapa?! Hiks..." Anin menangis di dalam mobilnya.
"Kenapa nan?? Kenapa? Hiks.... Apa lo juga merasakan apa yang gue rasain?? Enggak kan nan? Gaklah mana mungkin seorang Hanan hancur hanya karena cinta... Hiks... Hanan gue kangen sama lo..." tangis Anin.
.....
Ali dan Arya memasuki mobil. Fyi, keduanya adalah saudara ya jadi mereka semobil, serumah.
"Gak tahu kenapa gue ngerasa Anin sama Arga udah gak cocok ar." ucap Ali sambil mengemudi.
"Gue juga ngerasa gitu li. Lagian lo tahu sendiri kan kalau Arga itu overprotektif banget. Ya ini syukur dia masih sakit, nanti kalau udah sehat gimana? Bakalan dibuntutin terus noh si Anin ke mana pun." balas Arya.
"Iya, belum lagi dia kan udah kagak jadi polisi. Pengangguran elah.." Ali.
"Anak sultan mah bebas.." Arya.
"Halah bacot, masa anak sultan stress sampai 2 tahun." Ali.
"Ya itu karena bucinnya dia." Arya
"Bego."
"Baru tahu kan lo?"
"Dih dah dari dulu gue, sebelum lo lahir."
"Eh tejo! Gue duluan lahir dari pada elo! Ngaca!"
"Biasa aja bejo! Gue tahu muka lo tua."
"Muka lo lebih tua dari gue!"
"Eh diem lo orang tua."
"Lama-lama gue lempar ya lo!"
"Gue yang nyetir wleee... Lo yang gue turunin entar."
"Ah rempong lo kayak tante-tante."
"Situ pernah jadi tante-tante?"
"Berisik Tejo gue mau tidur!" ucap Arya mulai memejamkan matanya dan tidur dengan posisi duduk.
"Abang sialan!"
...
"Hanan! Apa kamu serius akan meninggalkan kota ini?!" teriak Nugroho sambil mengikuti langkah Hanan yang menuruni tangga sembari menarik kopernya tanpa mendengarkan ucapan Nugroho.
"Hanan! Dengarkan papa!" teriak Nugroho. Hanan pun akhirnya berhenti dengan malas.
"Apa sih?!" kesal Hanan.
"Kenapa kamu harus meninggalkan kota ini?!" bentak Nugroho.
"Urusan saya." datar Hanan.
"Jelaskan!"
"Saya gak ada waktu. Pesawat saya sudah mau take off. Permisi!" Hanan pergi begitu saja dari rumah itu.
"HANAN!!! PAPA BELUM SELESAI BICARA!!!" Bentak Nugroho dari dalam rumah yang tidak digubris oleh Hanan.
"Anak itu slalu berbuat sesuka hati!" gerutu Nugroho.
"Sudahlah mas, biarkan saja. Toh dia juga sudah dewasa untuk bisa mengurus dirinya sendiri." ucap istri Nugroho.
"Kau tidak akan pernah mengerti!" ketus Nugroho dan meninggalkan istrinya.
"Dasar! Bapak anak sama saja!" gerutu istrinya.
....
Hanan memasuki mobilnya yang dikemudikan oleh sopirnya.
"Bos, bos yakin mau pindah?" tanya sopirnya.
"Iya, saya sudah sangat muak di sini." ucap Hanan.
"Bukannya bos ingin memperjuangkan cinta dia?"
"Cinta tak harus memiliki. Lagi pula, jika kami berjodoh, suatu hari nanti kami akan disatukan oleh takdir Allah."
"Saya akan selalu mendoakan anda."
"Terima kasih."
"Sama-sama bos."
'Semoga ini adalah keputusan yang baik untuk kita nin... Saya tidak akan pernah melupakan kamu. Saya harap kamu adalah jodoh yang Allah kirimkan untuk saya kelak.' Batin Hanan.
Holla!!!!
Yeay Alhamdulillah akhirnya update lagi!!!
Thank You all❤