Vio dan Radit menghampiri Anin di ruang tamu.
"Eh? Udah selesai?" tanya Anin saat melihat Vio dan Radit di dekatnya.
"Iya nin..." Vio dan Radit pun duduk di sofa dekat Anin.
"Lo mau ke mana nin? Kok rapi?" tanya Vio.
"Emm... Enggak ke mana-mana kok heheh.." ucap Anin sambil celingukan.
"Saya izin pulang deh kalau begitu nin.." ucap Radit. Anin melirik Radit.
"Lho, cepat banget pak?" tanya Vio.
"Iya kan udah kenyang heheh.." canda Radit.
"SMP ya pak wkwk... Siap Makan Pulang .." ucap Vio tertawa.
"Hahah... Bercanda saya nin" ucap Radit.
"Hm iya pak.. Yaudah mari pak saya anter ke depan." ucap Anin bangkit dari duduknya.
"Eh? Gue balik juga deh kalau begitu." ucap Vio ikut bangkit.
"Yeee ikutan aja lo" ucap Anin.
"Heheh.."
Mereka pun ke luar.
"Hati-hati ya kalian..." ucap Anin. Mereka mengangguk dan melambaikan tangan. Kemudian memasuki mobil masing-masing. Mereka mengklakson sebelum pulang.
Setelah mobil mereka tak lagi terlihat, Anin buru-buru masuk dan mengambil rantang yang telah ia siapkan.
"BIBI!!! ANIN PERGI DULU! ASSALAMUALAIKUM!!" Ucap Anin teriak dan meninggalkan rumahnya. Ia segera memasuki mobilnya dan menancap gas.
....
"Lama banget Anin... Jangan-jangan dia bohongin gue lagi." dumel Hanan.
Hanan lalu berdiri dari duduknya dan berjalan ke balkon kamar. Ia melihat ke bawah dan menemukan Anin yang tengah berjalan sambil membawa paper bag.
"Baru juga diomongin, udah nongol aja wkwk... Kirain bohong tuh anak eh tahunya beneran." ucap Hanan pada dirinya sendiri sambil tertawa. Hanan lalu memasukia apartemennya. Ia menunggu Anin datang dengan senyum yang terus mengembang. Tak lama, handphonenya berdering.
'Anin is Calling You....'
"Dah di depan berarti dia.." gumam Hanan tersenyum lalu mengangkat panggilan dari Anin.
"Assalamualaikum?" ucap Hanan.
'Waalaikumsalam... Bukain dong pak pintunya... Saya udah di depan ini.'
"Ok."
Tut!
Sambungan terputus dan segera Hanan membuka pintu. Di sana, Hanan melihat Anin tengah berdiri menghadap ke arahnya.
Hanan terpaku melihat kehadiran Anin.
"Hello!!!" ucap Anin sedikit teriak sambil melambaikan tangan di depan wajah Hanan karena melihat Hanan yang bengong. Hanan pun tersadar.
"Eh? Ayo masuk.." ajak Hanan.
"Jangan aneh-aneh ya! Awas!" ancam Anin sambil mengepal tangannya ke atas.
"Iya ya Allah.."
"Bagus!" Anin memasuki apartemen Hanan mendahului Hanan. Lalu, Anin duduk di sofa yang ada di sana, meletakkan paper bag nya di meja. Hanan menyusul dan ikut duduk di sana.
"Itu apa?" tanya Hanan menunjuk paper bag yang dibawa oleh Anin dengan dagunya.
"Oiya hampir lupa.. Itu makanan pak.." ucap Anin mengambil paper bag yang ia letakkan di meja.
"Kamu masak sendiri?" tanya Hanan saat Anin menyerahkan paper bag miliknya.
Anin menggeleng.
"Pembantu aku yang buat.. "
"Kamu gak bisa masak?"
"Ihhh bisalah..." sewot Anin.
"Kenapa gak masak sendiri?"
"Males"
"Gak boleh gitu."
"Kan ada pembantu."
"Ya tetap harus masak."
"Repot."
"Nanti, kalau kamu jadi istri aku, kamu harus masakin aku setiap hari.."
Anin menatap Hanan dengan tatapan horor.
"Idihhh siapa juga yang mau jadi istri situ.? Ngimpi." ketus Anin.
"Lihat aja nanti.. Aku bakal tikung kamu di sepertiga malam.."
"Terserah ya terserah."
"Nin,..?"
"Iss apa? Udah deh sana makan.. Katanya laper." kesal Anin.
"Siapin dong.. Sekalian suapin."
"Gak! Makan aja sendiri!"
"Kok gitu? Kan aku lagi sakit"
"Males ih..."
"Yayaya??"
"Gak mau bapak! Jangan maksa! Udah syukur saya mau dateng ke sini bawa makanan apa lagi tadi di rumah pas ada Vio sama pak Radit." Anin keceplosan dan langsung menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Ia merutuki dirinya sendiri.
Ia memejamkan matanya .
'Aduhh mulut... Keceplosan..' Batin Anin.
"Apa? Radit dateng ke rumah kamu? Ngapain?" tanya Hanan tak terima.
"Ish bukan kok... Udah bapak makan aja deh." Elak Anin.
"Gak! Sebelum kamu jelasin!"
"Udah makan deh... Itu tadi cuma salah ngomong."
"Gak mungkin. Ngapain dia ke rumah kamu?"
"Makan"
"Kenapa kamu izinin?"
"Ish bukan aku.. Tadi itu Vio juga makan di rumah aku kok."
"Tetap aja kenapa bisa ada dia?!" Hanan sedikit emosi.
"Yaudah sih kok marah-marah?! Aku pulang aja! Males!" kesal Anin. Anin bangkit dari duduknya namun tangannya ditahan oleh Hanan.
"Yaudah iya maaf... Duduk lagi nin.."
"Gak! Aku tuh niatnya baik ke sini buat jengukin bapak karena bapak juga pernah berbuat baik sama aku, tapi malah kayak gini. Aku males!"
"Yaudah aku minta maaf Anin... Duduk lagi"
"Jangan bahas itu lagi!"
"Jelasin dulu.."
"Males pak.."
"Ayolah jangan buat aku salah paham sama dia."
Anin menarik nafas sambil memejamkan mata dan duduk.
"Yaudah iya!"
"Jelasin ya... " ucap Hanan lembut.
"Tapi bapak jangan berantem ya sama pak Radit?"
"Iya udah jelasin."
"Iya.. Tadi pas di kampus aku tuh udah kurang sopan ke pak Radit.. Terus kata Vio gak boleh gitu entar kalau nilai aku dibuat jelek gimana? Yaudah terus Vio suruh aku minta maaf, yaudah aku minta maaf."
"Terus kenapa bisa dia makan di rumah kamu?"
"Dia nanya kita mau ke mana? Kata Vio makan di rumah aku. Kebetulan dia juga mau makan, terus diajakin Vio, kata Vio sebagai permintaan maaf aku juga."
"Then?"
"Gak ada lagi pak! Cuma makan biasa juga!"
"Oh ok."
"Udah sana makan pak.."
"Siapin nin.."
"Gak mau ah saya capek."
"Kok gitu sih?"
"Ish iya iya.. Ihhh" kesal Anin dan membawa makanan itu ke dapur untuk dihidangkan.
"Lucu banget sih mukanya..." gumam Hanan tersenyum melihat Anin yang cemberut tadi.
Anin menghidangkan makanan yang ia bawa.
'Btw kenapa gue jadi kayak punya hubungan spesial gini sih sama si polsogan? Kenapa gue nurut banget disuruh dia? Hey nin, ada apa dengan lo?!' Batin Anin. Anin lalu menabok pelan pipinya.
"Aneh deh... " gumam Anin. Setelahnya, Anin membawa makanan itu ke meja makan.
"Udah ini... Makan gih" titah Anin.
"Suapin ya?"
"Ngelunjak ya! Udah ah saya pulang!" kesal Anin.
"Eh jangan dong... saya bercanda.."
"Hm"
"Yaudah saya mau makan... Kamu terserah mau apa... Itu saya ada laptop, kalau mau nonton Drakor silahkan.."
"Ihhh Drakor.. Gak selera" ketus Anin.
"Lah? Saya kira kamu pecinta Drakor kayak mereka-mereka." ucap Hanan tak percaya.
"Mereka siapa? Jangan ngarang."
"Ya cewek lain.."
"Kelihatan banget playboy nya.."
"Astaga enggak nin.. Itu kan berdasarkan info yang saya dapat."
"Jadi cowok kok kepo.."
"Tuh kan saya salah lagi. Yaudah ah memang cewek itu selalu benar. Mending saya makan."
"Yaudah sih makan."
"Mau pakai wifi gak?"
"Saya gak semiskin itu dear bapak polisi.."
"Ohyaudah.. Padahal kan wifi di sini sinyalnya bagus banget. Hemat kuota lagi."
Ucap Hanan membuat Anin berpikir.
'Iya juga ya... Kan mayan duit kuota bisa buat beli cemilan... Awowkkw..'Batin Anin.
Hanan melirik Anin.
'Dasar... Pasti dia lagi mikir tuh kalau omongan saya benar.. Lihat aja entar lagi dia bakal minta password wifinya... Hihihi...' Batin Hanan cekikikan.
"Apa lihat-lihat?!" ketus Anin saat menangkap basah Hanan tengah memperhatikannya.
"Ihhh geer kamu.."
"Halah bohong."
"Kamu tuh..."
"Au ah... Passwordnya apa?"
"Apanya?" Tanya Hanan pura-pura tidak tahu.
"Ish itu wifinya.. Pura-pura ih" Kesal Anin.
"Hahahaha tuh kan sok-sokan.. Katanya saya tidak semiskin itu tapi ujung-ujungnya pakai wifi saya juga.."
"Ihhh berisik. Niat ngasih gak sih?!"
"Iyaiya.. Sini handphone kamu.." Hanan mengulurkan tangannya. Anin memberikan handphonenya. Setelahnya, Hanan mengisi password wifinya dan mengembalikannya pada Anin.
"Thank you dear bapak polisi..."
"Hmmm..."
Anin lalu mendownload beberapa resep makanan, cemilan, minuman dan film horor.
"Wah... Kencang juga pak .. Senang saya kalau gini.."
"Yeee dasar.."
"Hehehhe... Kalau gitu boleh kan saya sering-sering?"
"Sering-sering apa?"
"Ngewifi di sini."
"Boleh."
"Yess!!" senang Anin.
"Tapi bawain saya masakan kamu ya.."
"Idih males. "
"Hahahaha saya bercanda nin... Kapan-kapan kita masak bareng ya di sini."
"Emang bapak bisa?"
"Bisalah..."
"Ok ntar kita lomba masak terenak!"
"Siap! Siapa takut!"
Hola!!!!
Update lagi....
Jangan lupa vote and comment!!
Thank You<3