Kamu adalah kata yang menjadi favorit dalam do'a di sepertiga malam ku..
Semoga....
-Hanan-
Vio tengah tertidur pulas di ranjangnya sebelum deringan ponselnya mengusik tidurnya.
"Hoam.... Siapa sih ganggu aja..." gumam Vio masih memejamkan matanya. Lalu ia mengambil jam neker di nakas dan melihatnya.
"Ya Allah masih jam 3 subuh ... Siapa sih??" Vio pun langsung duduk dan mengangkat panggilan itu tanpa melihat nama si penelpon.
"Halo..." ucap Vio masih dengan gaya orang bangun tidur.
'Vio..... Huhuhhhh gue gak tenang tahu gak sih semalaman...'
Vio meletakkan ponselnya di tempat tidur dan ia mengucek matanya dengan ekspresi terkejut. Sementara di ponselnya seseorang tengah memanggilnya terus menerus.
"Astaga Anin ternyata... Huaaaaa gak boleh ngantuk ... Gak.. Pokoknya gak boleh..." Vio menepuk kedua pipinya agar ia tidak mengantuk lagi.
'VIO!!!!!!' Teriak Anin dari sebrang telepon.
"Mati gue...~ Halo nin hehehe"
'Ihhhh... Lo ke mana aja sih?! Gue pengen cerita dari tadi ishhhh!!'
"Heheh gue ngantuk tadi nin.. Sorry deh... Kenapa nin?"
'Gue berantem sama polsogan itu tahu gak kemarin waktu mau balikin helm...'
"Lah kok bisa berantem?? Gimana ceritanya?"
'Panjang.... Ribet gue jelasinnya... Besok ketemuan ya di cafe biasa...'
"Asyiapppp... Kan libur jadi nyantai heheh..."
'Yaudah deh gue mau tidur...'
"Yaudah gue mau tahajjud deh kebetulan dah kebangun juga"
'Iye tahajjud deh lo biar lempeng dikit hidup lo... Gue udah duluan'
"Yeee biasa aje donk neng.. Yaudin.. Assalamualaikum"
'Waalaikumsalam'
Setelah memutuskan sambungan, Vio langsung berjalan ke toilet dan mengambil wudhu. Setelahnya ia langsung melaksanakan sholat tahajjud.
...
"Assalamualaikum wa Rahmatullah..." Pukul 03.00 Wib subuh, seorang lelaki baru menyelesaikan sholat tahajjudnya. Ia merapalkan do'a terbaik dalam hatinya. Dan satu kalimat yang tak pernah ia lupakan selepas mendoakan kedua orangtuanya, yaps meminta jodoh yang terbaik.
"Ya Allah.... Semoga Engkau mengirimkan hamba jodoh yang terbaik... Yang bisa menyempurnakan iman hamba.. Yang bisa saling membimbing ke jalan yang baik dan benar... Bismillah... Allahumma yassir wala tu'assir... Aamiin Allahumma Aamiin...." Hanan mengakhiri do'anya. Setelahnya ia berdzikir sejenak sebelum kembali ke tempat tidur. Saat sudah di tempat tidur, ia membuka ponselnya. Mencari sebuah nama di sana. Ia menatap lurus foto seseorang yang belakangan berhasil memorak-porandakan hatinya. Hanya ada 1 foto yang diupload di sana.
"Anindya..... Semoga kamu adalah takdir yang Allah kirimkan untukku.... Bismillah ya Allah... Tolong lembut kan lah hatinya supaya dia bisa menerima hamba..." gumam Hanan sambil menatap foto itu. Hanan mengscroll akun Anin namun tak ada postingan lain selain foto itu.
"Hanya ada satu foto hm? No problem... Aku suka kamu yang menutup diri... Anin... Maaf jika caraku salah..." Hanan mengusap foto di layar handphonenya.
.....
Radit baru selesai jogging dan kini ia tengah duduk santai di halaman belakang rumahnya. Tepatnya di dekat kolam renang rumahnya.
"Bi!!! Jus saya dong bi" teriak Radit pada asisten rumah tangganya. ART nya pun datang membawa nampan berisi jus.
"Iya den ini sudah bibi bawakan"
"Yaudah makasih." Radit mengambil minuman itu dan ART itu pergi .
"Gue masih kepikiran Anin deh... Perasaan gue ngeganjel ini mikirin masalah kemarin karena gue gak mau ngobrol sama dia. Terlebih dia kayaknya marah sama gue" gumam Radit. Ia mengambil ponselnya.
Ia mengirimkan pesan pada seseorang di sana. Ia lalu bergegas memasuki rumahnya dan berjalan menuju kamarnya. Ia langsung bersiap-siap menuju suatu tempat.
.....
Anin menuruni anak tangga di rumahnya dan berjalan melewati Orangtuanya yang tengah bersantai di ruang tv.
"Anin... Mau ke mana kamu?"
"Cafe ma" Anin menghentikan langkahnya untuk menjawab pertanyaan Asni.
"Naik apa?" Asni
"Motor dong ma.. Jadi naik apaan?"
"Bawa mobil!"
"Gak deh ma... Gak mau... Naik motor aja biar cepat"
"Pa... anak kamu itu" Adu Asni pada Wira.
"Kamu mau ketemu siapa di cafe?" Wira
"Vio pa..."
"Yaudah naik motor.. Bawa helm kan?"
"Iya bawa.. Aku udah beli kok"
"Ok.. Jangan ngebut ya.. Awas kalau ngebut, papa sita motor kamu" ancam Wira.
"Iya pa.. Yaudah ya aku pergi"
"Ish pa! Kok gak dilarang?" kesal Asni.
"Udah biarin aja.. Nanti kalau udah jatuh, baru papa sita sekalian motornya" Wira.
"Ya jangan doain gitu dong pa.." Anin
"Makanya jangan bandel" Wira
"Aku gak bandel kok.. "
"Gak bandel tapi susah diatur" Asni
"Mama ish! Dah ah assalamualaikum" Anin langsung menyalim kedua orang tuanya dan pergi.
"HATI-HATI NIN!!" Teriak Asni diakhiri dengan kekehan.
Anin menghentak-hentakkan kakinya kesal karena Asni dan Wira slalu mengusilinya.
"Ish Mama Papa dasar emang!" kesal Anin. Ia pun menstarter motornya dan melaju pergi.
...
Vio tengah bersiap menuju cafe sebelum pesan masuk di handphonenya mengganggunya.
+628******
Kamu di mana?
Saya Radit.
Kamu lagi sama Anin?
Di rumah pak
Enggak pak
Kalian gak berniat untuk ketemuan gitu?
"Duhhh... Mau bales apaan gue? Malah kebetulan mau ketemuan lagi" gumam Vio bingung di dalam mobilnya.
"Ah bodo ah jawab aja... Kan gak mungkin juga dia samperin.. Kurang kerjaan banget"
Ini mau ketemu pak
share location sekarang!
Ralat, share lokasi pertemuan
Kalian.
I-iya pak..
Tapi, jangan ke sini ya
Read
"Wah sialan diread doank... Bodo ah! Dasar dosen gila! Nyebelin!" umapt Vio dan langsung menancap gas mobilnya.
...
Hanan tengah berlibur hari ini. Kebetulan hari ini ia tidak ada jadwal di polres. Meskipun libur, ia juga harus tetap standby apabila ada panggilan dari pihak kapolres.
"Nan..." panggil Nugroho pada saat menghampiri Hanan di balkon kamar.
"Apa?" tanya Hanan males.
"Bagaimana?"
"Apanya sih?! Jangan ganggu kejernihan otak saya di pagi hari ya! Saya ingin istirahat"
"Nan... Papa hanya ingin yang terbaik untuk kamu"
"Saya gak butuh! Saya sudah tahu apa yang terbaik untuk saya"
"Tapi papa peduli sama kamu nan"
"Dan saya tidak peduli soal itu! Silahkan keluar!"
"Apa gak ada kesempatan untuk Papa memperbaiki semuanya nan? Papa sudah melakukan semuanya untuk mama kamu"
"AKU GAK PEDULI!!! KELUAR PENGKHIANAT!" Emosi Hanan.
"Nan, tolong maafkan papa... Maafkan papa nan" Nugroho memohon pada Hanan.
"Benar-benar memuakkan!" Hanan emosi dan meninggalkan Nugroho di sana. Ia langsung mengendarai motornya.
"Maafkan papa nan... Papa sayang sama kamu... Maaf nak..." lirih Nugroho menatap punggung Hanan yang kian menghilang.
Hanan frustasi. Ia menancap gas menuju cafe langganannya. Setelah sampai, ia duduk di sudut ruangan.
"Permisi... Ingin pesan apa mas ganteng?" tanya pelayan perempuan itu genit.
"Cappucino only" ketus Hanan
"Baik.. Ditunggu..." ucap Pelayan itu genit.
Pelayan itu tak kunjung pergi melainkan terus menatap Hanan.
"Ngapain lagi lo?!" sinis Hanan.
"Heheh gak apa-apa mas... Masnya ganteng banget... Saya terpesona" ucap pelayan itu salah tingkah.
"Saya gak peduli! Siapkan pesanan saya atau saya akan melaporkan anda pada pihak menajer?!"
"Eh?? I-iya... Permisi..." Pelayan itu langsung pergi secepat mungkin dari hadapan Hanan.
"Dimana-mana selalu aja ada bakteri! Menjijikkan! Resiko cogan pergi kesana kemari sendiri ya gini!" Gerutu Hanan.