Pertengakaran Irona dan Aksa tidak pernah berlangsung lama. Mereka selalu bisa mengontrol ego dan ambisi masing-masing, apalagi Aksa seperti bayi yang menggemaskan ketika merajuk dan memohon maaf pada gadisnya, membuat Irona semakin tidak tega untuk berlama-lama menjaga jarak dengan Aksa.
"Aksa? Aku cantik, nggak?"
Pertanyaan konyol yang Irona ajukan membuat Aksa meliriknya dengan aneh. "Kamu kesambet apaan?"
"Ih, kok kamu ngomongnya gitu, sih?." Irona memelaskan wajahnya.
"Kan kamu biasanya percaya diri banget, kalau kamu itu cantik dan manis" sahut Aksa yang sedang memakan baksonya.
"Aku insekyur. Mbak-mbak itu muka nya kinclong banget. Aku mah apa, atuh? Cuman remehan rengginang" ucap Irona dengan ekspresi dan nada yang dibuat-buat seolah hidupnya lah yang paling menderita.
"Sayang, kamu itu cantik apa adanya." Aksa membujuk gadisnya walaupun ia harus rela menelan baksonya secara bulat-bulat.
