Pagi telah tiba. Sinar matahari menyapa. Melambai melewati celah jendela yang sedikit terbuka, dan membangunkan sosok pria yang masih menelungkup di balik selimut tebal.
"Kok gue ada di kamar?"
Aksa mengerjapkan matanya. Menetralkan sinar mentari yang menelusup masuk ke dalam retina mata.
"Jam tujuh" gumam Aksa setelah melihat jarum jam yang berputar 24 jam.
"Hoaaammm"
Aksa meregangkan otot-ototnya sebari menguap lebar.
"Gue laper" ucapnya lagi. Aksa pun beranjak dari atas tempat tidur yang telah memberikannya sebuah kenyamanan.
Drap.. Drap.. Drap
Langkah kaki Aksa terdengar nyaring. Memenuhi area ruang makan yang sudah dihadiri seluruh anggota keluarga. Termasuk Irona dan Selvia.
"Pagi, Sayang" sapa Arumi mencium kedua pipi anak laki-lakinya.
"Pagi, Bun. Kok nggak ada yang bangunin Aksa?" tanya Aksa dengan suara parau.
"Lho, tadi Irona udah bangunin kamu"
"Iya, Bun. Tadi Rona udah beberapa kali bangunin Aksa. Tapi dia nggak bangun-bangun" sahut Irona