Orang ketiga selalu menjadi biang masalah untuk seluruh pasangan. Entah itu pasangan selebriti atau kalangan biasa. Biasanya orang ketiga hadir ketika salah satu dari mereka yang membuka celah dan mempersilakan, atau juga dari ketidaktahu dirian dari seseorang tersebut.
Irona membaca artikel yang disuguhkan oleh mpok google, isinya sama persis yang diceritakan oleh Arin dalam pesan singkat yang ia kirimkan.
"Ini pasti si Niken yang ngga tahu diri" Irona berasumsi sebari mengangguk agukan kepala, karena tidak mungkin jika Aksa berani bermain api dibelakangnya.
"Gue harus bener-bener kokoh buat ngadepin Niken. Gimanapun juga dia bukan cewek sembarangan, dia lebih segalanya dari gue" Irona terus bermonolog, rasa takutnya semakin menjadi-jadi dan baru pertama kali ia merasakan hal seperti ini.
Kisah cinta masa SMA memang terbilang sangat mengesankan, karena masa puber yang pas dan didukung oleh usia yang menginjak kematangan. Namun tak urung diikuti oleh kelabilan dan hawa nafsu, jika tidak baik menata pikiran dan iman mungkin cinta yang awalnya membuat bahagia berubah menjadi bencana.
***
Berbeda dengan Irona yang sedang menyusun rencana untuk menghadapi Niken, Aksa lebih memilih tidak memikirkan hal tersebut. Bukan karena ia tidak peduli, justru ia terlalu malas memikirkan hal-hal tidak penting.
Dua hari lagi adalah olimpiade matematika, otaknya harus benar-benar disiapkan agar dapat membawa nama baik sekolah. Rencananya olimpiade ini dilakukan diluar kota, maka dari itu Aksa hanya ingin mengisi hari-harinya bersama Irona sebelum ia benar-benar pergi.
Aksa mengeluarkan motor jenis ninja berwarna hitam dari garasi rumahnya, ia sudah sangat rapi dengan celana jeans hitam dan juga kaus putih polos dilapisi dengan kemeja abu-abu. Untuk kali ini aroma tubuhnya sangat wangi, mungkin karena akan bertemu dengan pujaan hati.
"Gue kangen banget sama lo, na" Aksa bergumam sebari membelah jalanan Kota Bandung dengan motornya, ia membawa dengan kecepatan sedang agar tidak terjadi laka lantas.
***
"Aksa" Irona yang sedang berada di teras rumahnya seketika beranjak dari duduknya tatkala melihat motor Aksa yang memasuki pekarangan rumahnya.
"Assalamualaikum, Tante" Aksa turun dan memberi salam hormat pada Selvia
"Waalaikumussalam" Selvia yang sedang duduk bersama Irona pun memberikan senyum hangat sebari mengusap lembut rambut Aksa, beliau memang sudah menganggap Aksa seperti anaknya sendiri.
"Silakan duduk, Nak. Mama buatkan minum dulu"
"Iya, Ma" ucap Aksa sopan
"Kamu ngapain kesini?" Irona bertanya sebari sedikit merapikan rambut Aksa yang acak-acakan karena ia tidak memakai helm
"Iya. Dua hari lagi aku ke luar kota, jadi aku pengen seharian penuh sama kamu" jawabnya lembut
"Silakan diminum ya, Nak. Mama mau ke dalam dulu" Mama Selvia datang dengan nampan berisikan dua minuman untuk Aksa dan Irona
"Makasih, Ma" ucap mereka serempak
Irona kembali menoleh pada Aksa, "Kok ngga ngabarin aku?" ucapnya dengan nada sedikit manja.
Aksa terkekeh, "Ngapain juga ngabarin kamu?" ia mengernyitkan alis untuk menggoda Irona
"Ck, ya kan supaya aku bisa siap-siap. Liat nih lagi dekil kayak gini" Irona berdecak kesal, ia memang sangat tidak suka jika berpenampilan kuran baik didepan orang. Irona memang bukan gadis yang fashionable, hanya saja ia tidak suka jika penampilannya tidak rapi. Baginya wanita itu tidak harus bersolek jika ingin terlihat cantik, tapi berpakaian rapi pun memancarkan kecantikan tersendiri.
"Kamu tetep cantik mau di apain juga" balas Aksa sebari menatap manik mata Irona dalam. Tatapannya teduh, ada rasa sayang yang tidak terbendung didalam sana.
"Ehem" Irona gelagapan. Ia tidak bisa ditatap seperti itu oleh Aksa, jantungnya hampir lepas. "Sialan Aksa" batinnya.
Aksa terkikik melihat wajah Irona yang memerah, ia selalu terlihat lucu dan cantik. Dari dulu, sejak pertemuan pertama mereka Aksa memang selalu menggoda Irona. Lainnya, dulu Aksa menggoda dengan cara menjahili dan membuat keributan dengan Irona, namun sekarang ia semakin gencar untuk membuat semburat merah dikedua pipi Irona.
"Selama aku nanti diluar kota, kamu jangan nakal, ya?." Aksa mengusap lembut rambut yang dulu sering ia tarik
"Iya. Lagian kamu sehari doang kan?" jawab Irona
Aksa hanya mengangguk, ia tersenyum melihat Irona, ah salah, selalu tersenyum. Aksa bukan tipe lelaki yang suka menyakiti, ia cenderung sangat tulus jika sudah menyayangi. Kedua orangtua nya selalu mengajari arti cinta dan sayang yang tulus kepada pasangan, itu alasan mengapa Aksa bisa sedalam ini ketika mencintai Irona.
Selama mereka terpisah Aksa sama sekali tidak pernah memiliki pasangan, walaupun sangat banyak yang bernafsu ingin menjadi kekasihnya. Namun bagi Aksa hanya ada satu wanita yang terpatri dihatinya, yaitu Irona. Irona yang menempati posisi setelah bundanya, Irona si gadis nakal yang sejak dulu membuat kepalanya pusing.
"Na?" Aksa menginterupsi gadisnya yang sedang fokus memainkan ponsel
Irona menoleh, ia melihat kejanggalan dari kedua bola mata Aksa. Bukan lagi rasa sayang yang berada disana, melainkan... nafsu. Irona diam ketika wajah Aksa yang secara perlahan semakin mendekat, tatapannya tidak pernah lepas.
"Berani lo cium gue, lo akan nyesel seumur hidup" hanya tinggal beberapa centi lagi, Irona mengeluarkan suaranya. Dengan wajah yang dingin dan tatapan yang tajam.
Aksa seketika menghentikan Aksinya, ia menjauh dan mengusap wajahnya kasar.
"Maafin aku" ucapnya tanpa menoleh sedikitpun pada Irona. Ia bodoh, sangat bodoh. Harusnya Aksa tidak boleh merusak gadisnya, ia tidak boleh terperangkap oleh nafsunya sendiri, ia harus menjadi lelaki sejati yang tidak melecehkan gadisnya.
Irona hanya diam menatap wajah Aksa yang sepertinya menyesal. Irona tidak ingin jika nanti mereka melakukannya sampai terlalu jauh. Ia tidak ingin merusak satu sama lain, ia memikirkan ibunya. Ibu yang selama ini menghidupinya seorang diri, tidak mungkin dibuat kecewa oleh kelakuan buruk dari anaknya.
"Sa" panggil Irona lembut
Aksa menoleh dengan raut wajah penuh penyesalan, matanya memancarkan kesedihan dan penyesalan yang mendalam.
"Maafin aku, Na" Aksa menggenggam kedua tangan Irona, suaranya terdengar lirih seperti orang yang akan menangis.
Irona hanya mengangguk dan memberikan senyuman.
"Semoga kamu ngerti, ya" ucapnya lembut dan mengusap tangan Aksa. Aksa mengangguk dengan cepat, ia sangat menyesali perbuatannya.
Ada sebagian orang mengatakan, hubungan tanpa nafsu itu bohong. Memang benar, tapi nafsu yang dimaksud bukan nafsu yang merusak moral seseorang melainkan nafsu yang membuat cinta tersebut semakin terasa. Seperti sangat bernafsu untuk menabung demi masa depan berdua atau bernafsu untuk menjaga pasangan.
Jangan pernah mengambil tindakan bodoh, dia yang bersamamu sekarang belum tentu yang kelak akan bersamamu nanti. Jangan sampai menyesal hingga membuat kedua orangtua merasa malu. Percayalah, hubungan yang sehat akan jauh lebih menyenangkan dan mengesankan.